Cara Jitu Menjawab Pertanyaan Anak (Buku Seri Bacaan Orang Tua)
10/18/2018
Berikut ini adalah berkas mengenai Cara Jitu Menjawab Pertanyaan Anak yaitu Buku Seri Bacaan Orang Tua berjudul Cara Jitu Menjawab Pertanyaan Anak. Buku ini diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2011. Download file format .pdf.
Keterangan:
Di bawah ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas mengenai Cara Jitu Menjawab Pertanyaan Anak (Buku Seri Bacaan Orang Tua).
“APA TUH?”
Kata-kata “Apa tuh?” saat ini menjadi bunyi yang indah di telinga penulis. Celoteh itu keluar dari mulut anak usia 27 bulan setiap kali ia melihat sesuatu yang baru dan ingin diketahuinya. Dengan mata berbinar dan suara melengking khas anak kecil, ia tidak henti-hentinya bertanya, “Apa tuh?”, “Apa tuh?” tanpa mengenal lelah, bak seorang yang kehausan di padang pasir dan menemukan oase (daerah di padang pasir yang berair cukup untuk tumbuhan dan pemukiman manusia). Kadang mulut tergoda untuk berkata, “Aduh, ananda ini cerewet atau bawel banget, ya!” Untunglah kalimat tersebut tak terlontar dari mulut penulis karena penulis menyadari, ini adalah masa keemasan anak untuk belajar mengembangkan kosakata (perbendaharaan kata) dan merupakan cara dia membangun kemampuan berpikirnya, sehingga tutur kata (perkataan) dan sikap pun berubah untuk menerima pertanyaan-pertanyaan itu dengan senang hati dan berusaha menjawabnya.
Ada sebuah situasi yang menakjubkan ketika mengamati periode bertanya pada anak batita (bawah tiga tahun). Bayangkan, seorang anak yang belum bisa bicara menjadi bisa berbicara satu kata dengan terbata-bata. Tahap berikutnya adalah ketika anak berbicara dengan dua kata ajaibnya, yaitu, “Apa, tuh?” Kata tersebut seperti tombol untuk menghidupkan mesin yang baru ditekan. Dengan cepat, banyak kata yang diserap dan diucapkan kembali oleh anak, walaupun artikulasinya (pengucapannya) belum jelas. Dengan bertambahnya usia, maka artikulasinya menjadi semakin jelas dan kemampuan berbicaranya menjadi lebih kompleks.
KEMAMPUAN BAHASA ANAK
Kemampuan seorang anak dalam berbahasa menjadi sangat penting bagi perkembangan kecerdasannya. Semakin banyak kata yang dimiliki anak dan semakin rumit penggunaan kata-kata di dalam rangkaian sebuah kalimat dapat menunjukkan kecerdasan seorang anak. Tidaklah mengherankan anak yang pandai akan memperlihatkan keinginan tahunya dengan cara banyak bertanya. Walaupun tidak berarti bahwa anak yang pandai itu selalu cerewet atau sebaliknya. Keinginan tahu anak juga bisa ditampilkan dengan cara mengutak-atik benda yang ada dan lain-lain.
Kemampuan berpikir anak normal (tidak mengalami gangguan/keterlambatan perkembangan) memiliki pola yang khas. Anak mulai mempertanyakan tentang fakta-fakta melalui pertanyaan “apa”. Dengan bertambahnya usia dan kemampuan berpikirnya, anak mencoba bertanya “mengapa” (bertanya tentang sebab dan akibat) sampai pada “bagaimana” (bertanya tentang proses). Untuk pertanyaan “apa”, tidak sulit bagi ibu dan ayah menjawabnya. Tak demikian untuk menjelaskan pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana”, ibu dan ayah membutuhkan alasan dalam menjawabnya. Penting untuk memberikan penjelasan secara sederhana saja namun masuk akal.
Perlu dipahami, tidak semua anak sering bertanya. Ada anak pendiam karena memang secara keturunan berasal dari ibu dan ayah yang pendiam atau meniru dari lingkungan keluarga yang juga pendiam. Pola pengasuhan pun ikut berperan sehingga anak malas bertanya dan menjadi pendiam, semisal sering menyalahkan, sering melarang. Selain itu, anak dapat menjadi pendiam karena keterlambatan perkembangan bahasa yang disebabkan oleh (1) gangguan secara fisik di alat pendengaran atau alat bicara, sehingga anak tidak mampu mendengar dan tidak bisa menirukan suara; (2) gangguan perkembangan di otak, sehingga terjadi keterbelakangan mental; dan (3) keterlambatan perkembangan akibat kurang stimulasi (perangsangan).
Apa pun pertanyaan yang diajukan anak, hendaknya mendapatkan tanggapan yang positif dari ibu dan ayah atau orang dewasa di sekitarnya. Tidak perlu marah-marah untuk menghentikannya, cukup dengan kalimat yang tegas dan sederhana seperti, “Tunggu sebentar ya, Nak, Ibu masih bicara dengan Ayah.” Atau, “Wah, Ibu kurang tahu, nanti kita tanya Ayah, ya.” Sikap yang tegas dan jelas akan membantu anak belajar mengatur dirinya, kapan harus bertanya dan kapan harus berhenti sejenak. Jika ibu dan bapak merasa kewalahan, coba alihkan pada kegiatan-kegiatan lain yang bermakna.
Kadang-kadang orangtua menjadi jengkel karena anak usia dininya banyak bertanya dengan pertanyaan yang sama dan berulang-ulang. Mengapa anak menanyakan secara berulang- ulang? Hal ini disebabkan anak belum paham tentang jawaban atas pertanyaannya. Selain juga, pertanyaan yang berulang merupakan cara anak untuk bisa mengingat tentang jawaban yang diberikan. Contoh, anak bertanya, “Apa tuh?” sambil menunjuk ke arah daun-daunan. Orangtua menjawab, “Itu daun, Nak.” Anak pun bertanya lagi “Apa, tuh?” sambil tetap menunjuk pada daun-daunan yang sama. Orangtua harus menjawab dengan jawaban yang lebih lengkap seperti, “Oh, itu daun sirih. Daunnya lebar, ya. Wah, itu ada yang kuning, itu daun sirih yang layu.” sambil kita menunjukkan daun sirih tersebut. Berikan kesempatan pada anak untuk menyentuh dan mencium daun sirih itu sehingga anak menjadi tahu dan yakin akan daun sirih tersebut. Setelah anak bertanya, kita yang kembali bertanya kepadanya, “Nak, ini buah apa?” sambil menunjuk gambar buah jeruk. Jika anak belum bisa menjawab secara utuh, bisa kita pancing dengan, “Ini gambar buah je… ruk.”
Ada juga anak-anak yang bertanya berulang kali dengan pertanyaan yang sama untuk mendapatkan perhatian ibu dan bapak. Oleh karena itu, jika anak bertanya, ibu dan bapak harus menjawab dengan penuh perhatian. Berikan waktu yang cukup untuk berbicara dan bermain dengan anak, serta gunakan bahasa tubuh yang benar. Jadi, ketika anak berbicara dengan kita, coba perhatikan wajahnya, berjongkoklah agar pandangan anak sejajar dengan pandangan kita, dengarkan anak berbicara sampai selesai baru kemudian menjawabnya dengan santun. Tidak perlu tergesa-gesa menyimpulkan atau menolak pertanyaan anak.
Anak pun dapat bertanya dan bertanya lagi ketika ia menghadapi situasi yang serupa dengan yang pernah dialaminya. Dalam kondisi seperti ini, ibu dan bapak harus dapat memberikan penjelasan yang lebih lengkap.
PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK
Sebelum ibu dan bapak menjawab pertanyaan yang muncul dari anak, ada baiknya jika ibu dan bapak memahami ciri-ciri dari kemampuan bahasa anak. Dengan demikian diharapkan ibu dan bapak tidak akan salah dalam menjawab pertanyaan anak.
USIA DAN KEMAMPUAN BAHASA
Usia 0-6 bulan:
TIP MENGEMBANGKAN KECERDASAN BAHASA ANAK
Untuk mengembangkan kecerdasan anak melalui bahasa, ada beberapa hal yang perlu dilakukan ibu dan bapak, di antaranya:
ANEKA PERTANYAAN ANAK DAN JAWABANNYA
Kadang tidak disadari kita memberikan jawaban atas pertanyaan anak dengan jawaban yang terlalu sulit atau abstrak, sehingga anak bingung atau tidak paham akan jawaban kita. Perlu diingat, anak usia dini memiliki cara berpikir yang masih sangat konkret. Jadi, setiap jawaban yang ibu dan bapak berikan hendaknya bersifat konkret dan sederhana saja. Berikut ini beberapa pertanyaan yang sering muncul pada anak-anak usia dini dan contoh jawabannya.
BERKAITAN DENGAN SEKSUALITAS
TENTANG TUHAN DAN HAL-HAL GAIB
BERKAITAN DENGAN FENOMENA ALAM
Selengkapnya silahkan lihat atau download berkas mengenai Cara Jitu Menjawab Pertanyaan Anak (Buku Seri Bacaan Orang Tua) di bawah ini.
Kata-kata “Apa tuh?” saat ini menjadi bunyi yang indah di telinga penulis. Celoteh itu keluar dari mulut anak usia 27 bulan setiap kali ia melihat sesuatu yang baru dan ingin diketahuinya. Dengan mata berbinar dan suara melengking khas anak kecil, ia tidak henti-hentinya bertanya, “Apa tuh?”, “Apa tuh?” tanpa mengenal lelah, bak seorang yang kehausan di padang pasir dan menemukan oase (daerah di padang pasir yang berair cukup untuk tumbuhan dan pemukiman manusia). Kadang mulut tergoda untuk berkata, “Aduh, ananda ini cerewet atau bawel banget, ya!” Untunglah kalimat tersebut tak terlontar dari mulut penulis karena penulis menyadari, ini adalah masa keemasan anak untuk belajar mengembangkan kosakata (perbendaharaan kata) dan merupakan cara dia membangun kemampuan berpikirnya, sehingga tutur kata (perkataan) dan sikap pun berubah untuk menerima pertanyaan-pertanyaan itu dengan senang hati dan berusaha menjawabnya.
Ada sebuah situasi yang menakjubkan ketika mengamati periode bertanya pada anak batita (bawah tiga tahun). Bayangkan, seorang anak yang belum bisa bicara menjadi bisa berbicara satu kata dengan terbata-bata. Tahap berikutnya adalah ketika anak berbicara dengan dua kata ajaibnya, yaitu, “Apa, tuh?” Kata tersebut seperti tombol untuk menghidupkan mesin yang baru ditekan. Dengan cepat, banyak kata yang diserap dan diucapkan kembali oleh anak, walaupun artikulasinya (pengucapannya) belum jelas. Dengan bertambahnya usia, maka artikulasinya menjadi semakin jelas dan kemampuan berbicaranya menjadi lebih kompleks.
KEMAMPUAN BAHASA ANAK
Kemampuan seorang anak dalam berbahasa menjadi sangat penting bagi perkembangan kecerdasannya. Semakin banyak kata yang dimiliki anak dan semakin rumit penggunaan kata-kata di dalam rangkaian sebuah kalimat dapat menunjukkan kecerdasan seorang anak. Tidaklah mengherankan anak yang pandai akan memperlihatkan keinginan tahunya dengan cara banyak bertanya. Walaupun tidak berarti bahwa anak yang pandai itu selalu cerewet atau sebaliknya. Keinginan tahu anak juga bisa ditampilkan dengan cara mengutak-atik benda yang ada dan lain-lain.
Kemampuan berpikir anak normal (tidak mengalami gangguan/keterlambatan perkembangan) memiliki pola yang khas. Anak mulai mempertanyakan tentang fakta-fakta melalui pertanyaan “apa”. Dengan bertambahnya usia dan kemampuan berpikirnya, anak mencoba bertanya “mengapa” (bertanya tentang sebab dan akibat) sampai pada “bagaimana” (bertanya tentang proses). Untuk pertanyaan “apa”, tidak sulit bagi ibu dan ayah menjawabnya. Tak demikian untuk menjelaskan pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana”, ibu dan ayah membutuhkan alasan dalam menjawabnya. Penting untuk memberikan penjelasan secara sederhana saja namun masuk akal.
Perlu dipahami, tidak semua anak sering bertanya. Ada anak pendiam karena memang secara keturunan berasal dari ibu dan ayah yang pendiam atau meniru dari lingkungan keluarga yang juga pendiam. Pola pengasuhan pun ikut berperan sehingga anak malas bertanya dan menjadi pendiam, semisal sering menyalahkan, sering melarang. Selain itu, anak dapat menjadi pendiam karena keterlambatan perkembangan bahasa yang disebabkan oleh (1) gangguan secara fisik di alat pendengaran atau alat bicara, sehingga anak tidak mampu mendengar dan tidak bisa menirukan suara; (2) gangguan perkembangan di otak, sehingga terjadi keterbelakangan mental; dan (3) keterlambatan perkembangan akibat kurang stimulasi (perangsangan).
Apa pun pertanyaan yang diajukan anak, hendaknya mendapatkan tanggapan yang positif dari ibu dan ayah atau orang dewasa di sekitarnya. Tidak perlu marah-marah untuk menghentikannya, cukup dengan kalimat yang tegas dan sederhana seperti, “Tunggu sebentar ya, Nak, Ibu masih bicara dengan Ayah.” Atau, “Wah, Ibu kurang tahu, nanti kita tanya Ayah, ya.” Sikap yang tegas dan jelas akan membantu anak belajar mengatur dirinya, kapan harus bertanya dan kapan harus berhenti sejenak. Jika ibu dan bapak merasa kewalahan, coba alihkan pada kegiatan-kegiatan lain yang bermakna.
Kadang-kadang orangtua menjadi jengkel karena anak usia dininya banyak bertanya dengan pertanyaan yang sama dan berulang-ulang. Mengapa anak menanyakan secara berulang- ulang? Hal ini disebabkan anak belum paham tentang jawaban atas pertanyaannya. Selain juga, pertanyaan yang berulang merupakan cara anak untuk bisa mengingat tentang jawaban yang diberikan. Contoh, anak bertanya, “Apa tuh?” sambil menunjuk ke arah daun-daunan. Orangtua menjawab, “Itu daun, Nak.” Anak pun bertanya lagi “Apa, tuh?” sambil tetap menunjuk pada daun-daunan yang sama. Orangtua harus menjawab dengan jawaban yang lebih lengkap seperti, “Oh, itu daun sirih. Daunnya lebar, ya. Wah, itu ada yang kuning, itu daun sirih yang layu.” sambil kita menunjukkan daun sirih tersebut. Berikan kesempatan pada anak untuk menyentuh dan mencium daun sirih itu sehingga anak menjadi tahu dan yakin akan daun sirih tersebut. Setelah anak bertanya, kita yang kembali bertanya kepadanya, “Nak, ini buah apa?” sambil menunjuk gambar buah jeruk. Jika anak belum bisa menjawab secara utuh, bisa kita pancing dengan, “Ini gambar buah je… ruk.”
Ada juga anak-anak yang bertanya berulang kali dengan pertanyaan yang sama untuk mendapatkan perhatian ibu dan bapak. Oleh karena itu, jika anak bertanya, ibu dan bapak harus menjawab dengan penuh perhatian. Berikan waktu yang cukup untuk berbicara dan bermain dengan anak, serta gunakan bahasa tubuh yang benar. Jadi, ketika anak berbicara dengan kita, coba perhatikan wajahnya, berjongkoklah agar pandangan anak sejajar dengan pandangan kita, dengarkan anak berbicara sampai selesai baru kemudian menjawabnya dengan santun. Tidak perlu tergesa-gesa menyimpulkan atau menolak pertanyaan anak.
Anak pun dapat bertanya dan bertanya lagi ketika ia menghadapi situasi yang serupa dengan yang pernah dialaminya. Dalam kondisi seperti ini, ibu dan bapak harus dapat memberikan penjelasan yang lebih lengkap.
PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK
Sebelum ibu dan bapak menjawab pertanyaan yang muncul dari anak, ada baiknya jika ibu dan bapak memahami ciri-ciri dari kemampuan bahasa anak. Dengan demikian diharapkan ibu dan bapak tidak akan salah dalam menjawab pertanyaan anak.
USIA DAN KEMAMPUAN BAHASA
Usia 0-6 bulan:
- Menangis dengan berbagai cara untuk menunjukkan bahwa dia mengompol, lapar, kesepian, kesakitan.
- Bersuara untuk menyampaikan kesenangan atau ketidaksenangan.
- Bergumam.
- Mengetahui dan melihat ke arah suara atau bunyi-bunyi yang dikenalnya.
- Dapat melambaikan tangan.
- Menoleh ketika namanya dipanggil.
- Paham nama-nama dari benda-benda yang dikenalinya.
- Senang melihat buku bergambar.
- Memerhatikan jika ada orang yang bercakap-cakap.
- Menyebutkan satu kata.
- Mengoceh seakan-akan sedang berbicara.
- Mengatakan “ma… ma” atau “da… da”.
- Mengidentifikasi anggota keluarga dan benda-benda yang dikenalnya.
- Menunjuk beberapa anggota tubuhnya seperti hidung, telinga.
- Mengikuti satu perintah sederhana.
- Mengucapkan dua kata atau lebih.
- Menirukan bunyi-bunyian yang dikenalnya, seperti bunyi mobil, suara kucing.
- Mengulangi beberapa kata.
- Memerhatikan orang yang mengajaknya bicara.
- Mengatakan “dadah” atau “ekom” (untuk assalamualaikum) jika diingatkan.
- Menggunakan bahasa ekspresi “oh… oh”.
- Meminta sesuatu sambil menunjuk pada bendanya.
- Mengidentifikasi benda yang ada di buku bergambar.
- Bisa mengatakan sekitar 50 kata, tapi bisa memahami lebih dari itu.
- Menirukan satu kata yang diucapkan oleh orang lain.
- Berbicara sendiri.
- Menyebutkan nama dari mainan dan benda-benda yang dikenalnya.
- Menggunakan dua atau tiga kata dalam kalimatnya “mama minum” “bapak pergi kantor”.
- Bersenandung atau mencoba sebuah lagu sederhana.
- Mendengarkan lagu anak-anak.
- Menunjuk anggota tubuh yang diminta seperti, “Mana mata?” “Mana hidung?”, “Mana telinga?”
- Menggunakan kata “daaah”, “minta”, “terima kasih”.
- Bisa mengidentifikasi 10 gambar yang ada di buku jika disebutkan.
- Menggunakan kalimat sederhana.
- Merespons jika namanya dipanggil.
- Merespons pada petunjuk yang sederhana.
- Menikmati cerita dan lagu yang sederhana.
- Menggunakan dua atau tiga kata dalam kalimatnya.
- Menikmati melihat-lihat buku.
- Menunjuk pada mata, telinga dan hidung yang disebutkan.
- Mengulangi kata-kata yang diucapkan orang lain.
- Kosakatanya sudah bertambah menjadi 500 kata.
- 75-80% cara berbicaranya sudah jelas dan bisa dimengerti.
- Bisa mengatakan nama depan dan nama lengkapnya.
- Memahami kata-kata yang menunjukkan posisi seperti di atas, di bawah, pada, dan di dalam.
- Memahami sekarang, sebentar lagi, dan nanti.
- Bertanya dengan pertanyaan siapa, apa, di mana, dan mengapa.
- Bicaranya sudah menggunakan 3 sampai 5 kata dengan lengkap.
- Kadang bicaranya terlalu cepat atau gagap.
- Senang mengulang-ulang kata dan bunyi.
- Menyimak cerita pendek.
- Menyukai cerita yang sudah dikenalnya dan diceritakan dengan sama.
- Menikmati dongeng.
- Bisa menyanyi.
- Mengenali suara-suara yang ada sehari- hari.
- Bisa mengidentifikasi warna primer seperti merah, biru, kuning, hijau.
- Mengenali beberapa huruf yang diajarkan dan mungkin bisa menulis namanya sendiri.
- Mengenali kata-kata yang tidak asing dari buku sederhana atau simbol-simbol (stop, M untuk Mc Donald).
- Berbicara dengan kalimat yang cukup kompleks.
- Menikmati lagu sederhana.
- Belajar tentang nama, alamat, dan nomor telepon.
- Bertanya dan menjawab pertanyaan siapa, apa, mengapa, di.mana dan jika.
- Menyebutkan enam hingga delapan warna dan tiga bentuk.
- Mengikuti dua perintah yang tidak berhubungan, seperti “Minum susumu kemudian pakai sepatu sebelum berangkat sekolah.”
- Senang bicara dan mengelaborasi (membuat) kalimat.
- Senang menggunakan kata-kata yang mengejutkan orang lain.
- Melucu yang tidak masuk akal orang dewasa.
- Berbicara dengan kata-kata dan tata bahasa yang benar.
- Bisa mengekspresikan dirinya melalui bermain peran.
- Menurut (?) namanya sendiri, huruf, dan angka.
- Membaca kata-kata yang sederhana.
TIP MENGEMBANGKAN KECERDASAN BAHASA ANAK
Untuk mengembangkan kecerdasan anak melalui bahasa, ada beberapa hal yang perlu dilakukan ibu dan bapak, di antaranya:
- Memberikan respons/tanggapan secepat mungkin. Ketika anak bertanya kepada kita, segeralah menjawabnya. Jangan menyia-nyiakan rasa ingin tahu dan kesempatan emas anak untuk belajar sesuatu.
- Menyediakan jawaban yang sesuai dengan kemampuan berpikir anak.
- Berikan pertanyaan yang terkait dengan apa yang sedang anak tanyakan atau perhatikan. Siapkan pertanyaan pancingan agar anak mau menjawab secara lebih lengkap.
- Berikan jawaban sebatas yang ditanyakan. Jawaban yang panjang lebar dapat membuat anak bingung.
- Lakukan kontak mata ketika berbicara dengan anak. Usahakan untuk menyesuaikan dengan tingkat penglihatan anak. Bila perlu, berjongkoklah ketika berbicara dengan anak, sehingga ia bisa melihat mata kita dan sebaliknya.
- Jika orangtua tidak bisa menjawab, coba cari jawaban dengan berusaha bersama anak, sehingga anak juga belajar bagaimana mencari sumber jawaban. Jangan asal menjawab karena anak-anak dapat salah mengerti.
ANEKA PERTANYAAN ANAK DAN JAWABANNYA
Kadang tidak disadari kita memberikan jawaban atas pertanyaan anak dengan jawaban yang terlalu sulit atau abstrak, sehingga anak bingung atau tidak paham akan jawaban kita. Perlu diingat, anak usia dini memiliki cara berpikir yang masih sangat konkret. Jadi, setiap jawaban yang ibu dan bapak berikan hendaknya bersifat konkret dan sederhana saja. Berikut ini beberapa pertanyaan yang sering muncul pada anak-anak usia dini dan contoh jawabannya.
BERKAITAN DENGAN SEKSUALITAS
- ”Mengapa tempat pipisku beda dengan punya Kakak?” ”Iya, tempat pipismu berbeda dengan Kakak, karena kamu adalah laki-laki sama dengan Ayah. Kakakmu adalah perempuan sama dengan Ibu. Tempat pipismu namanya alat kelamin.”
- ”Kalau habis pipis, mengapa harus disiram?” ”Untuk menjaga kebersihan. Jika kamu kesulitan, minta bantuan sama Ibu atau Ayah untuk disiram dengan air. Kalau membersihkan alat kelamin harus dari arah depan ke arah belakang, dari tempat pipis ke tempat buang air besar. Jangan terbalik ya, Nak. Setelah itu, keringkan dengan lap atau handukmu, lalu pakai celanamu kembali.”
- ”Kenapa alat kelaminku tidak boleh dipegang-pegang oleh orang lain?” ”Alat kelaminmu adalah bagian tubuhmu yang khusus, jadi tidak boleh dipegang oleh orang sembarangan. Kalau orang lain memegang-megang alat kelaminmu, itu namanya tidak sopan. Kalau ada orang yang mau memegang alat kelaminmu, bilang, ’Tidak boleh’, ya, Nak. Beri tahu Ibu dan Bapak jika ada orang yang memegang-megang alat kelaminmu.”
- “Ibu, adik keluarnya dari mana?” “Adik keluar dari perut Ibu, dengan dibantu oleh dokter atau ibu bidan. Itu namanya melahirkan”.
- “Kenapa aku enggak boleh pakai lipstik?” (anak laki- laki) “Karena kamu laki-laki. Hanya perempuan dewasa yang boleh pakai lipstik.”
TENTANG TUHAN DAN HAL-HAL GAIB
- ”Ayah, Tuhan itu laki-laki atau perempuan?” ”Tuhan itu bukan laki-laki maupun perempuan, karena Tuhan bukan seperti manusia.”
- “Tuhan tinggalnya di mana, Bunda?” “Tuhan tinggal di dalam hati kita. Tuhan selalu bersama kita dan melindungi kita.”
- “Surga itu apa, Abi?” “Surga adalah tempat yang sangat menyenangkan bagi anak yang baik dan taat pada orangtua.”
- ”Orang baik itu siapa saja, Ibu?” ”Orang yang sayang pada ibu dan bapaknya dan saudara- saudaranya. Orang yang tidak pernah berbohong dan tidak suka bertengkar dengan teman di sekolah.
- “Mama ada pocong di situ?” “Pocong itu tidak ada, Nak. Itu hanya khayalan saja”.
- “Kalau setan ada?” “Ada, setan ada di mana-mana. Kita tidak bisa melihatnya, karena Tuhan menciptakan setan berbeda bentuknya dengan manusia. Jadi, kita tidak perlu takut pada setan.”
- ”Ibu, mengapa eyang kakung meninggal?” ”Kita diciptakan oleh Tuhan dan nanti Tuhan pula yang memanggil kita kembali pada Tuhan.”
- ”Meninggal itu apa sih, Mama?” ”Pergi meninggalkan dunia karena dipanggil Tuhan untuk bertemu.”
- ”Kalau sudah meninggal jadi hantu?” ”Meninggal itu karena dipanggil Tuhan, tidak akan menjadi hantu.”
BERKAITAN DENGAN FENOMENA ALAM
- “Kenapa bisa banjir, Ma?” ”Karena selokan dan sungai tersumbat oleh sampah. Jadi, airnya tidak bisa mengalir, akibatnya naik dan tumpah ke jalan.” ”Hujannya turun terus-menerus dan sangat deras, sehingga airnya tidak bisa ditampung lagi oleh sungai sampai meluap. Jadi banjir deh.” (Orangtua dapat melakukan uji coba di tempat cuci piring yang diberi sumbatan sehingga air akan meluap.)
- ”Bunda, rumah Nenek rusak karena gempa ya, kok bisa begitu?” ”Karena gempanya sangat kuat sehingga menimbulkan guncangan yang kuat. Rumah-rumah jadi roboh, pohon-pohonan dan tiang listrik tumbang.” (Orangtua dapat melakukan percobaan dengan menggunakan meja dan meletakkan berbagai benda di atas meja, lalu goyang-goyang yang keras sehingga benda-benda akan bergoyang dan berpindah tempat, bahkan ada yang jatuh.)
Selengkapnya silahkan lihat atau download berkas mengenai Cara Jitu Menjawab Pertanyaan Anak (Buku Seri Bacaan Orang Tua) di bawah ini.
File Preview:
Cara Jitu Menjawab Pertanyaan Anak (Buku Seri Bacaan Orang Tua)
Download:
Cara Jitu Menjawab Pertanyaan Anak (Buku Seri Bacaan Orang Tua).pdfSumber: http://www.paud.kemdikbud.go.id