HOTS (High Order Thinking Skills) dan Kaitannya dengan Kemampuan Literasi Matematika
10/14/2018
Jurnal mengenai HOTS (High Order Thinking Skills) dan Kaitannya dengan Kemampuan Literasi Matematika. Download file format .pdf.
Keterangan:
Berikut ini beberapa catatan penting (kutipan teks/keterangan) dari isi Jurnal HOTS (High Order Thinking Skills) dan Kaitannya dengan Kemampuan Literasi Matematika.
Era persaingan global saat ini menuntut adanya suatu pembelajaran yang bermutu untuk memberikan fasilitas bagi anak didik dalam mengembangkan kecakapan, keterampilan dan kemampuan sebagai modal untuk menghadapi tantangan di kehidupan global. Kemampuan literasi matematika merupakan salah satu kemampuan abad 21 yang harus dimiliki setiap anak didik dalam menghadapi era persaingan global. Dalam PISA 2012 literasi matematika didefinisikan sebagai kemampuan individu dalam merumuskan, menggunakan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks. Literasi matematika dibutuhkan anak didik  dalam  menyelesaikan  kehidupan  sehari-hari.  Seseorang  dapat  dikatakan  mampu menyelesaikan suatu masalah apabila mampu menelaah suatu pemasalahan dan mampu menggunakan pengetahuannya ke dalam situasi baru. Kemampuan ini dikenal juga sebagai HOTS (High Order Thinking Skills) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi. Oleh karena itu tujuan dari penulisan kajian ini adalah untuk memaparkan kaitan antara HOTS dalam pembelajaran dengan kemampuan literasi matematika.
Ilmu pengetahuan pada abad sekarang telah berkembang sesuai dengan tuntutan kehidupan yang juga ikut berkembang. Salah satu usaha untuk menghadapi tuntutan pada abad-21 adalah mengembangkan kemampuan atau keterampilan literasi seseorang yang dapat digunakan untuk menghadapi tantangan di kehidupan abad saat ini. Literasi merupakan kemampuan atau keterampilan dalam membaca, matematika dan sains. Di dalam pembelajaran khususnya pembelajaran matematika, diharapkan kemampuan peserta didik tidak hanya berhitung saja, akan tetapi diharapkan peserta didik dapat menggunakan matematika dalam menyelesaikan permasalahan di kehidupan sehari-hari.
Matematika merupakan ilmu yang berkaitan dengan konsep-konsep abstrak, oleh karena itu penyajian materi matematika dalam pembelajaran sering dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari dengan tujuan agar peserta didik mampu menemukan konsep dan mengembangkan  kemampuan  matematikanya  berdasarkan  pengalaman  atau pengetahuan yang telah dimiliki oleh peserta didik. Peserta didik dikatakan mampu menyelesaikan suatu masalah apabila peserta didik tersebut mampu menelaah suatu permasalahan dan mampu menggunakan pengetahuannya ke dalam situasi baru. Kemampuan inilah yang biasanya dikenal sebagai High Order Thingking Skills. High Order Thingking Skills merupakan kemampuan untuk menghubungkan, memanipulasi, dan mengubah pengetahuan serta pengalaman yang sudah dimiliki secara kritis dan kreatif dalam menentukan keputusan untuk menyelesaikan masalah pada situasi baru. Berdasarkan uraian di atas, maka akan dibahas pada makalah ini mengenai High Order Thinking Skills dan kaitannya dengan kemampuan literasi matematika.
High Order Thinking Skills merupakan suatu proses berpikir peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif  dan  taksonomi  pembelajaran  seperti  metode  problem  solving,  taksonomi bloom,  dan  taksonomi  pembelajaran,  pengajaran,  dan  penilaian  (Saputra,  2016:91). High order thinking skills ini meliputi di dalamnya kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kreatif, berpikir kritis, kemampuan berargumen, dan kemampuan mengambil keputusan. Menurut King, high order thinking skills termasuk di dalamnya berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif, sedangkan menurut Newman dan Wehlage (Widodo, 2013:162) dengan high order thinking peserta didik akan dapat membedakan ide atau gagasan secara jelas, berargumen dengan baik, mampu memecahkan masalah, mampu mengkonstruksi penjelasan, mampu berhipotesis dan memahami hal-hal kompleks menjadi lebih jelas. Menurut Vui (Kurniati, 2014:62) high order thinking skills akan terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi baru dengan infromasi yang sudah tersimpan di dalam ingatannya dan mengaitkannya dan/atau menata ulang serta mengembangkan informasi tersebut untuk mencapai suatu tujuan atau menemukan suatu penyelesaian dari suatu keadaan yang sulit dipecahkan.
Tujuan utama dari high order thinking skills adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik pada level yang lebih tinggi, terutama yang berkaitan dengan kemampuan untuk   berpikir secara kritis dalam menerima berbagai jenis informasi,   berpikir   kreatif   dalam   memecahkan   suatu   masalah   menggunakan pengetahuan  yang  dimiliki  serta  membuat  keputusan  dalam  situasi-situasi  yang kompleks (Saputra, 2016:91-92). 
Literasi    merupakan    jantung    dari    pendidikan,    membangun    lingkungan masyarakat sangatlah penting untuk mencapai tujuan untuk mengurangi kemiskinan, mengurangi angka kematian, membatasi pertumbuhan penduduk, dan mencapai kesetaraan gender. Oleh karena itu, komponen penting dari pencapaian tujuan tersebut adalah dengan membangun pendidikan literasi (UNESCO, 2013).
Literasi atau melek matematika didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam  merumuskan,  menggunakan  dan  menafsirkan  matematika  dalam  berbagai konteks (Setiawan, 2014:245). Dalam PISA, literasi matematika didefinisikan sebagai berikut, “Mathematical literacy is an indivudual’s capacity to formulate, employ, and interpret mathematics in a variety of contexts. It includes reasoning mathematically and using mathematical concepts, procedures, facts and tools to describe, explain and predict phenomena. It assists individuals to recognizes the role that mathematics plays in the world and to make the well-founded judgments and decisions needed by constructive, engaged and reflective citizens”.
Literasi matematika adalah kecakapan individu untuk memformulasi, menggunakan dan menjelaskan matematika dalam berbagai konteks. Termasuk didalamnya penalaran matematik dan menggunakan konsep, prosedur, fakta dan alat-alat matematika untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan memprediksi suatu kejadian. Hal inilah yang memandu individu untuk mengenali peran matematika dalam kehidupan dan membuat penilaian yang baik serta pengambilan keputusan yang bersifat membangun dan reflektif.
Seiring   dengan   pendapat   di   atas,   Ojose   (2011)   mendefinisikan   literasi matematika sebagai suatu pengetahuan untuk mengetahui dan menerapkan dasar matematika dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian menurut De Lange (2006) literasi matematika merupakan tentang “masalah” di dunia nyata, artinya masalah ini tidak “murni” tentang matematika namun ditempatkan ke dalam suatu situasi. Ia juga menjelaskan bahwa literasi matematika mencakup spatial literacy, numeracy, dan quantitative literacy dimana ketiga hal ini saling berhubungan. Spatial literacy mendukung pemahaman terhadap dunia (tiga-dimensi), kemudian numeracy merupakan kemampuan untuk mengelola bilangan dan data dan untuk mengevaluasi pernyataan tentang masalah dan situasi konteks nyata, terakhir quantitative literacy merujuk pada kemampuan mengidentifikasi dan memahami penyataan kuantitatif dalam kehidupan sehari-hari. Ketika peserta didik harus “menyelesaikan” masalah di kehidupan nyata, maka peserta didik membutuhkan keterampilan dan kemampuan yang diperoleh di sekolah maupun pengalaman peserta didik itu sendiri, proses ini disebut sebagai matematisasi.
Proses  matematisasi  diawali  dengan  suatu  masalah  nyata,  kemudian  peserta didik mencoba mengindentifikasi permasalahan dan kaitannya dengan matematika, dan membentuk ke dalam konsep matematis untuk diselesaikan dan penyelesaian tersebut dikembalikan lagi ke konteks nyata.
High  Order  Thinking  terjadi  ketika  peserta  didik  terlibat  dengan  apa  yang mereka ketahui sedemikian rupa untuk mengubahnya, artinya siswa mampu mengubah atau mengkreasi pengetahuan  yang mereka ketahui dan menghasilkan  sesuatu  yang baru.  Melalui  high  order  thinking  peserta  didik  akan  dapat  membedakan  ide  atau gagasan secara jelas, berargumen dengan baik, mampu memecahkan masalah, mampu mengkonstruksi penjelasan, mampu berhipotesis dan memahami hal-hal kompleks menjadi lebih jelas, dimana kemampuan ini jelas memperlihatkan bagaimana peserta didik bernalar. Sama halnya dengan literasi, kemampuan literasi matematika dan high order thinking skills tidak hanya terbatas pada kemampuan berhitung saja, namun juga bagaimana menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari guna menyelesaikan suatu permasalahan, bagaimana mengkomunikasikannya, dengan demikian maka dapat dilihat bagaimana proses berpikir matematisasi peserta didik. PISA merupakan studi internasional yang mengkaji kemampuan berpikir siswa serta untuk mengetahui apakah siswa mampu mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam kehidupan sehari. Soal-soal PISA yang menuntut kemampuan penalaran dan pemecahan masalah dapat digunakan sebagai alat untuk melihat sejauh mana kempuan literasi matematika dan kemudian dapat diketahui apakah peserta didik tegolong dalam high order thinking atau low order thinking.
Selengkapnya silahkan lihat preview Jurnal mengenai HOTS (High Order Thinking Skills) dan Kaitannya dengan Kemampuan Literasi Matematika, di bawah ini.
File Preview:
HOTS (High Order Thinking Skills) dan Kaitannya dengan Kemampuan Literasi Matematika
Download:
HOTS (High Order Thinking Skills) dan Kaitannya dengan Kemampuan Literasi Matematika.pdf
