Employability Skills Lulusan SMK dan Relevansinya Terhadap Kebutuhan Dunia Kerja

Berikut ini adalah berkas buku mengenai Employability Skills Lulusan SMK dan Relevansinya Terhadap Kebutuhan Dunia Kerja. Buku ini diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan SMK Kemdikbud Tahun 2018. Download file format .pdf.

Employability Skills Lulusan SMK dan Relevansinya Terhadap Kebutuhan Dunia Kerja
Employability Skills Lulusan SMK dan Relevansinya Terhadap Kebutuhan Dunia Kerja

Keterangan:
Di bawah ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas buku mengenai Employability Skills Lulusan SMK dan Relevansinya Terhadap Kebutuhan Dunia Kerja.

Pendidikan kejuruan dirancang khusus untuk memfasilitasi peserta didik agar dapat menguasai suatu bidang keahlian baik dalam aspek soft skills maupun hard skills dengan harapan menjadi SDM yang siap memasuki dunia kerja dan terjun dalam kehidupan bermasyarakat, serta memiliki sikap yang baik dan sesuai norma yang berlaku di masyarakat. Pendidikan yang berorientasi dunia kerja melalui penguasaan keterampilan teknis dan keterampilan employabilitas sangat diperlukan guna menopang pengembangan ekonomi di abad XXI.

Buku ini menjabarkan tentang kebekerjaan alumni SMK, employability skills dan urgensinya bagi SMK, serta integrasi employability skills dalam pembelajaran di SMK. Aspek-aspek employability skills perlu ditanamkan secara optimal pada siswa SMK sebelum menjadi lulusan dan bekerja sebagai tenaga kerja.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) secara substansi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja, berjiwa wirausaha, cerdas, kompetitif, dan memiliki jati diri bangsa serta mampu mengembangkan keunggulan lokal dan dapat bersaing di pasar global. Sistem pendidikan SMK dituntut untuk menghasilkan learning outcome yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja (Wagiran, 2008: 1826). Tujuan tersebut tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 15 yang menyebutkan tujuan khusus SMK adalah menyiapkan siswa supaya menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya. Clarke & Winch (2007: 62) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan merupakan upaya pengembangan social ketenaga kerjaan, pemeliharaan, percepatan, dan peningkatkan kualitas tenaga kerja tertentu dalam rangka peningkatkan produktivitas masyarakat.

Kurikulum pendidikan kejuruan dirancang khusus untuk memfasilitasi peserta didik agar dapat menguasai suatu bidang keahlian baik dalam aspek soft skills maupun hard skills dengan harapan menjadi SDM yang siap memasuki dunia kerja dan terjundalam kehidupan bermasyarakat, serta memiliki sikap yang baik dan sesuai norma yang berlaku di masyarakat. Secara lebih jelas dapat dikatakan bahwa kurikulum pendidikan SMK bertujuan untuk: (1) mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi atau meluaskan pendidikan dasar; (2) meningkatkan kemampuan peserta didik sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya dan alam sekitarnya; (3) meningkatkan kemampuan peserta didik untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian; (4) menyiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional.

Keberadaan SMK dalam mempersiapkan tenaga kerja tingkat menengah yang terampil masih perlu ditingkatkan. Rendahnya tingkat pendidikan dan kompetensi memberi kontribusi rendahnya produktifitas kerja dan pada akhirnya akan menciptakan pengangguran baru. Menurut BPS 2016, jumlah pengangguran di Indonesia pada Februari 2016 sebanyak 7,0 juta orang. Dilihat dari tingkat pendidikan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) SMK menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 9,84 persen, disusul TPT Diploma I/II/III sebesar 7,22. Untuk TPT terendah yaitu pada SD ke bawah sebesar 3,44 persen. Angka tersebut dikarenakan lulusan dengan pendidikan yang rendah cenderung mau menerima pekerjaan apapun, sementara yang lulusan dengan pendidikan lebih tinggi cenderung mau menerima pekerjaan yang sesuai. Fakta empirik tersebut menunjukkan bahwa tujuan dari penyelenggaraan pendidikan kejuruan belum tercapai. Belum semua lulusan SMK dapat memenuhi tuntutan lapangan kerja sesuai dengan spesialisasinya. Hal ini disebabkan oleh adanya kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki oleh lulusan SMK dengan keterampilan yang dibutuhkan di dunia industri. Bekal keterampilan dan pengetahuan yang didapatkan di sekolah belum cukup menjawab kebutuhan dunia kerja. Beberapa faktor yang diidentifikasi menjadi masalah tidak terserapnya lulusan pendidikan kejuruan, antara lain: (1) informasi yang diperoleh tidak cukup mendukung untuk memperoleh pekerjaan; (2) industri pada umumnya mencari tenaga kerja yang berpengalaman; (3) keluhan pihak industri bahwa banyak lulusan SMK tidak memiliki keterampilan yang sesuai, terutama employabilitas untuk dapat survive dan bertahan pada berbagai situasi dan kondisi kerja (Hanafi, 2012: 108).

Keprihatinan besar yang dihadapi oleh dunia kerja saat ini adalah persepsi dan harapan dunia usaha dan dunia industri bagaimana mendapatkan pekerja yang baik terhadap employability skills yang seharusnya dimiliki oleh siswa SMK masih sangat sedikit bahkan belum ada sama sekali. Perusahaan membutuhkan tenaga kerja yang kompeten, terlatih dan siap untuk bekerja. Orang-orang yang siap bekerja yang mempunyai employability skills membantu mereka tetap ada dalam lingkungan kerja. Mereka adalah orang-orang yang harus dapat diandalkan, bertanggung jawab, dapat memecahkan persoalan, mempunyai social skills dan sikap untuk bekerja sama dengan performa yang tinggi. Seperti penelitian yang dilakukan Sasmito, dkk (2015) menunjukkan bahwa saat ini lulusan SMK kurang siap untuk bekerja di DU/DI, karena kemampuan dan pengalaman siswa untuk memasuki DU/DI masih kurang dan kesiapan siswa untuk bekerja di DU/DI masih kurang optimal.

Keadaan ini merupakan tantangan utama bagi bangsa Indonesia, karena mau tidak mau harus meningkatkan sumber daya manusianya, agar dapat bersaing dan mempunyai keunggulan kompetitif di semua sektor industri dan sektor jasa. Peningkatan daya saingini dimulai dari menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, agar SDM yang dimiliki mempunyai keahlian dan keterampilan, terutama bagi tenaga kerja dalam jumlah yang memadai dalam segala tingkatan.

Implementasi employability skills meruapakan salah satu terobosan dalam meningkatkan daya saing sumber daya manusia khususnya tenaga kerja. Employability skills merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki setiap pekerja untuk digunakan beradaptasi di tempat kerja. Employability skills harus dimiliki setiap pekerja untuk meningkatkan daya saing dan sukses dalam meningkatkan produktivitas serta keuntungan (Bloom dan Kitagawa, 1999).

Tantangan utama bagi bangsa Indonesia di masa mendatang adalah peningkatan daya saing dan keunggulan kompetitif di semua sektor industri dan sektor jasa dengan mengandalkan kemampuan sumber daya manusia, teknologi dan manajemen. Nilai kompetisi, seperti disebut di atas, diperlukan untuk membangun daya saing bangsa dan ketahanan ekonomi masyarakat. SMK merupakan aset yang besar, apabila bangsa Indonesia ingin maju, pengangguran terkurangi, maka SMK perlu ditangani secara profesional.

Peningkatan sumber daya manusia harus menjadi prioritas utama dalam rangka meningkatkan kualitas lulusannya. Rendahnya kualitas lulusan sekolah kejuruan berakibat produktifitas tenaga kerja terampil di industri semakin terpuruk tuntutan yang cukup mendasar karena harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu, serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan.

Selain itu menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 15, menyatakan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk menyiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Lulusan SMK berperan dalam memenuhi kebutuhan dunia kerja sebagai tenaga kerja tingkat menengah, selain diharuskan menguasai kompetensi sesuai bidang juga harus mampu melakukan pengembangan diri sebagai upaya agar tetap mampu berkompetisi pada saat ini maupun masa yang akan datang menyesuaikan tuntutan jaman (Wibowo, 2016).

Secara lebih jelas dapat dikatakan bahwa pendidikan di SMK bertujuan (1)mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggidan/atau meluaskan pendidikan dasar; (2) meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan social budaya dan alam sekitarnya; (3) meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian; (4) menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional (Arikunto, 1988).

Karakteristik dunia kerja dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan industri pada abad XXI mengalami perubahan dengan cepat (Tome, 2007: 336). Salah satu ciri industri abad XXI adalah semakin meningkatnya kebutuhan akan atribut-atribut keterampilan generik yang harus dimiliki oleh para pekerja (Gibb, 2004: 7). Hasil survei lain menunjukkan bahwa perekrutan tenaga kerja oleh perusahaan lebih mengutamakan employability skills/soft skills daripada kemampuan hard skills (Sutabri, 2007). Oleh karena itu, pendidikan yang berorientasi dunia kerja melalui penguasaan keterampilan teknis dan keterampilan employabilitas sangat diperlukan guna menopang pengembangan ekonomi di abad XII (Esposto & Meagher, 2007: 2).

Bennett (2006: 1) menyebutkan bahwa tantangan terbesar dunia pendidikan kejuruan adalah menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan akademik (academic skills), kemampuan pada penguasaan keterampilan yang spesifik (technical skills), dan kemampuan employabilitas (employability skills) yang seimbang. Lulusan SMK dapat menjadi tenaga kerja yang terampil dan berkualitas apabila benar-benar menguasai aspek hard skills dan soft skills (Sudana, 2014: 459). Aspek hard skills yaitu kecakapan teknis, sedangkan soft skills adalah kecakapan tingkah laku. Hard skills dan soft skills dibentuk melalui proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi keahliannya, baik pada saat jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran. Pembentukan sikap yang mendukung aspek employability skills/soft skills peserta didik memerlukan proses berkala dan berkelanjutan secara masif dan komprehensif, agar lulusan SMK dapat memenuhi standar yang dibutuhkan dunia kerja dan industri serta menjadi tenaga kerja yang profesional.

Menurut Syafiq (2007) menjelaskan bahwa kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja lebih menekankan pada kualitas softskills yang baik dibandingkan dengan kemampuan ilmu pengetahuan spesifik yang tinggi. Selanjutnya menurut Teichler (1999) dalam Syafiq (2007) mengungkap fenomena kompetensi tenaga kerja seperti berikut ini;
  1. Kemampuan mengatasi ketidak pastian (uncertainty) merupakan kunci untuk bertahan di dunia kerja.
  2. Pengetahuan yang spesifik memiliki kecenderungan cepat menjadi using (obsolete), di sisi lain diperlukan keterampilan umum yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah dalam konteks professional serta ketidak pastian pasar kerja harus menjadi dasar sistem belajar mengajar di pendidikan tinggi
  3. Persyaratan dunia kerja dewasa ini menunjukkan harmoni antara ekonomi neoliberal yang global dan peningkatan tanggung jawab sosial serta solidaritas secara bersamaan
  4. Bergesernya anggapan bahwa pendidikan tinggi mempersiapkan seseorang untuk bekerja menjadi mempersiapkan seseorang untuk hidup lebih baik, karena kompetensi yang dibutuhkan untuk bekerja saat ini begitu luas dan kompleks, sehingga mempunyai hubungan langsung dengan kebutuhan untuk kehidupan itu sendiri
  5. Persyaratan kerja yang baru tampak semakin universal

Selanjutnya, menurut Paul dan Murdoch (1992) dalam Syafiq (2007) menjelaskan bahwa dalam menghadapi dunia kerja, seorang lulusan harus dilengkapi dengan kualifikasi softskills berikut ini agar dapat bertahan dan unggul dalam kompetisi:
  1. Pengetahuan umum dan penguasaan bahasa Inggris
  2. Keterampilan komunikasi meliputi penguasaan komputer dan internet, presentasi audio visual, dan alat-alat komunikasi lain
  3. Keterampilan personal meliputi kemandirian, kemampuan komunikasi dan kemampuan mendengar, keberanian, semangat dan kemampuan kerjasama dalamtim, inisiatif, dan keterbukaan
  4. Fleksibilitas dan motivasi untuk maju yaitu kemampuan beradaptasi sesuai perubahan waktu dan lingkungan serta keinginan untuk maju sebagai pimpinan

Perkembangan ilmu pengetahuan menjadi sebuah tantangan dalam dunia kerja saat ini untuk memenuhi kualifikasi tenaga kerja yang mampu bekerja dan mampu beradaptasi dengan perkembanagn ilmu pengetahuan. Dampak globalisasi ekonomi, industri, dan informasi akan mempercepat proses alih teknologi di Indonesia yang tentunya akan mempengaruhi tuntutan komptensi tenaga kerja (Kartini,2012).

Kompetensi yang dimiliki oleh lulusan SMK seharusnya sesuai dengan tujuan pendidikan kejuruan yaitu menyiapakan tenaga kerja terampil tingkat menengah pada bidang keahlian tertentu guna memenuhi kebutuhan industri. Standar kompetensi lulusanSMK/MAK adalah menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan, baik untuk memenuhi tuntutan dunia kerja, maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya (Carli,Suherman & Sumarna, 2016).

Sesuai Permendikbud No 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan, maka seorang lulusan dari SMK setidaknya memiliki kompetensi yang ditinjau dari tiga dimensi yaitu dimensi sikap, dimensi pengetahuan dan dimensi ketrampilan. Pada dimensi ketrampilan lulusan SMK harus memiliki kemampuan pikir, tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang wajib dipelajari di sekolah secara mandiri. Kompetensi yang memenuhi kebutuhan masa depan lulusan dengan melihat realitas tempat kerja dan perkembangan teknologi harus diajarkan pada pendidikan kejuruan (Jatmoko, 2013). Lulusan SMK yang unggul harus mempunyai kemampuan yang selaras antara pemikiran dan tindakan. Diharapakan lulusan dapat memunculkan ide kreatif dari pemikirannya dan mampu mewujudkan ide kreatif sebagai wujud tindakan dari pemikiran. Jadi, lulusan tidak hanya mampu berfikir tetapi juga dituntut untuk mampu menciptakan peluang baru.

Bab-bab pada buku ini:

BAB I Pendahuluan

BAB II Kebekerjaan Alumni SMK
A. TPT Berdasar Kriteria Sementara Tidak Bekerja
B. TPT Berdasar Kriteria Mencari Pekerjaan (Seminggu yang Lalu)
C. TPT Berdasar Kriteria Mempersiapkan Usaha (Seminggu 21 yang Lalu)

BAB III Acuan Kualifikasi Kerja
A. Standar Kualifikasi Kerja ASEAN
B. Acuan AQRF
C. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

BAB IV Employability Skills dan Urgensinya Bagi SMK
A. Pengertian Employability Skills
B. Perbedaan Employability Skills, Technical Skills, dan  Academic Skills
C. Urgensi Employability Skills bagi SMK

BAB V. Aspek Employability Skills
A. Keterampilan Komunikasi
B. Keterampilan Bekerja dalam kelompok
C. Keterampilan Memecahkan Masalah
D. Keterampilan Berprakarsa dan Berusaha
E. Keterampilan Merencanakan dan Mengatur Kegiatan
F. Keterampilan Mengelola Diri
G. Keterampilan dalam Pembelajaran
H. Keterampilan Menggunakan Teknologi
I. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

BAB VI. Integrasi Employabilty Skills dalam Pembelajaran di SMK
A. Merancang Integrasi Employability Skills dalam Pembelajaran di SMK
B. Integrasi employability skills melalui berbagai model pembelajaran
C. Penilaian integrasi employability skills dalam pembelajaran

Selengkapnya silahkan lihat atau download berkas buku mengenai Employability Skills Lulusan SMK dan Relevansinya Terhadap Kebutuhan Dunia Kerja di bawah ini.

File Preview:

Employability Skills Lulusan SMK dan Relevansinya Terhadap Kebutuhan Dunia Kerja



Download:
Employability Skills Lulusan SMK dan Relevansinya Terhadap Kebutuhan Dunia Kerja.pdf
Sumber: http://psmk.kemdikbud.go.id 

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel