Analisis Penerapan Model Pembelajaran SMK Kurikulum 2013
11/03/2018
Berikut ini adalah berkas modul mengenai Analisis Penerapan Model Pembelajaran SMK Kurikulum 2013. Analisis Penerapan Model Pembelajaran ini merupakan salah satu Materi Pokok dalam Pelatihan dan Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 SMK, diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2018. Download file format .docx Microsoft Word dan .pptx Microsoft PowerPoint.
Keterangan:
Di bawah ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas mengenai Analisis Penerapan Model Pembelajaran SMK Kurikulum 2013.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan telah selesai melaksanakan revisi Modul Bimbingan Teknis dan Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 SMK Hasil Revisi. Modul hasil revisi ini tentu disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang ada pada Kurikulum 2013 SMK Hasil Revisi, baik yang terkait dengan adanya perubahan substansi materi kurikulum maupun karena adanya perubahan rangcang-bangun kurikulum yang mengintegrasikan nilai-nilai karakter, Kecakapan Berfikir Tingkat Tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS), dan kecakapan abad 21.
Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing Sumber Daya Manusia Indonesia, telah mendorong banyak pihak melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan semangat yang dikandung dalam Inpres tersebut, yaitu meningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan pada SMK agar benar-benar menghasilkan lulusan yang berkualitas seperti yang diharapkan.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Dikdasmen) sebagai pihak yang paling bertanggung-jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan pada SMK, merespon Inpres tersebut antara lain dengan menerbitkan Keputusan Dirjen Dikdasmen Nomor 4678/D/KEP/MK/2016 tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan (PMK), yang berisi tentang jenis-jenis program pendidikan (Kompetensi Keahlian) yang diselenggarakan di SMK menggantikan Spektrum Keahlian PMK yang berlaku sebelumnya. Penggantian spektrum tersebut didasarkan atas hasil studi dan kajian yang merekomendasikan perlu adanya perubahan beberapa jenis program pendidikan pada SMK. Melengkapi perubahan tersebut telah pula diterbitkan Keputusan Dirjen Dikdasmen Nomor 130/D/KEP/KR/2017 tentang Struktur Kurikulum SMK dan Keputusan Dirjen Dikdasmen Nomor 330/D.D5/KEP/KR/2017 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran pada SMK. Keputusan-keputusan tersebut mulai diberlakukan pada awal tahun pelajaran 2017/2018 dan biasa disebut sebagai Kurikulum 2013 SMK Hasil Revisi.
Implementasi Kurikulum 2013 SMK Hasil Revisi diawali dengan kegiatan Bimbingan Teknis dan Pendampingan yang dilaksanakan secara berjenjang; Pertama, dilakukan Penyegaran Instruktur yang merupakan gabungan dari Nara Sumber, Instruktur Nasional, dan Instruktur Provinsi secara Nasional; Kedua, dilakukan Penyegaran Instruktur Kabupaten/Kota/ Klaster (IK) di tiap-tiap provinsi; dan Ketiga, dilakukan Bimbingan Teknis dan Pendampingan langsung terhadap Guru Sasaran yang menerapkan langsung di sekolah. Bimbingan Teknis dan Pendampingan tersebut menggunakan Modul Bimtek dan Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 SMK yang telah disesuaikan dengan Edisi Hasil Revisi.
Lahirnya Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter semakin mempertegas tentang karakteristik sumber daya manusia yang ingin dihasilkan melalui sistem pendidikan, khususnya bagi SMK yang lulusannya terutama disiapkan untuk memasuki dunia kerja. Penguasaan kompetensi teknis dan kepribadian (personality) yang diisi dengan nilai-nilai karakter positif sebagaimana yang diamanatkan pada Peraturan Presiden itu, merupakan prasyarat utama untuk memasuki dunia kerja saat ini dan menjadi kunci sukses dalam mengarungi kehidupan masa depan. Modul Bimtek dan Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013 SMK Hasil Revisi ini telah dirancang dengan menjadikan nilai-nilai karakter sebagai bagian yang tidak terpisahkan, mewarnai aspek-aspek pengembangan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil belajar, bahkan masuk dalam pertimbangan dalam memilih tempat dan memrogramkan Praktik Kerja Lapangan (PKL) peserta didik. Harapannya agar peserta Bimtek dan Pendampingan, terutama para Guru Sasaran dapat mengimplementasikan Kurikulum 2013 SMK Hasil Revisi dengan dilandasi oleh semangat dan keyakinan akan pentingnya menanamkan (internalizing) sikap dan nilai-nilai karakter pada peserta didik secara simultan.
ANALISIS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
A. Konsep
- Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta didik dan pendidik, dan antara peserta dan sumber belajar lainnya pada suatu lingkungan belajar yang berlangsung secara edukatif, agar peserta didik dapat membangun sikap, pengetahuan, dan keterampilan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Selaras dengan itu pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga penilaianuntuk mencapai perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman belajar. Disebut secara edukatif, karena pendidikan harus selalu mengandung nilai-nilai moral untuk membangun karakter pribadi peserta didik. Beberapa konsep pembelajaran yang dapat digunakan sebagai sandaran dalam mengembangkan model pembelajaran di SMK diantaranya: • mengembangkan seluruh potensi peserta didik agar memiliki wawasan kerja, keterampilan teknis bekerja, employability skills, dan melakukan transformasi diri terhadap perubahan tuntutan dunia kerja (Putu Sudira, 2016). • “pendidikan kejuruan akan menjadi efisien bila pembelajarannya (peserta didik dilatih) dengan cara mengimitasi/mereplikasi lingkungan kerja semirip mungkin dengan yang terjadi di tempat pekerjaan yang sebenarnya” (Charles A. Prosser, 1950: 217). “Pembelajaran pada pendidikan kejuruan dapat efektif jika pelatihan dilakukan dengan cara yang sama seperti di dunia kerja termasuk penggunaan peralatan dan mesin”,konsep ke dua dari Charles A.Prosser (1950: 218). “Pembelajaran pada pendidikan kejuruan akan efektif sesuai proporsinya jika pembelajaran dilatihkan secara langsung dan secara individu pada peserta didik dalam kebiasaan berfikir dan diperlukan habit memanipulasinya dalam kompetensi keahlian itu sendiri”, konsep ketiga dari Charles A.Prosser (1950: 220). Pembelajaran dengan pereplikaan seperti konsep di atas hampir mirip dengan teaching factory atau production based trainning/production based education and training, dan ini memungkinkan akan terbangun pembiasaan pada peserta didik sesuai tuntutan dunia kerja yang pada akhirnya mereka memiliki kesiapan untuk mendapatkan peluang dalam memasuki lapangan kerja yang sebenarnya. Konsep pembelajaran abad 21 yakni model relasi sain dan rekayasa yang dikembangkan oleh Bernie Trilling dan Charles Fadel (2009, disadur dari Putu Sudira). Pada konsep ini sain lebih menekankan pada metoda penyelidikan dan penemuan untuk menjelaskan gejala-gejala alam, sedangkan rekayasa dan teknologi menggunakan strategi perancangan dan penemuan solusi atas problematika kehidupan.
- Pendekatan saintifik dalam pembelajaran adalah proses pembelajaran yang dirancang secara khusus agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, prosedur, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik simpulan, dan mengomunikasikan.
- Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran yang disusun secara sistematis untuk mencapai tujuan belajar yang menyangkut sintaksis, sistem sosial, prinsip reaksi dan sistem pendukung (Joice&Wells). Sedangkan menurut Arends dalam Trianto, mengatakan “model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas”. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus sebagai berikut. a. Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pengembangnya. Model pembelajaran mempunyai teori berfikir yang masuk akal. Maksudnya para pencipta atau pengembang membuat modeldengan mempertimbangkan teoridan kenyataan sebenarnya, serta tidak secara fiktif dalam menciptakan atau mengembangkannya. b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai). Model pembelajaran mempunyai tujuan yang jelas tentang apa yang akan dicapai, termasuk di dalamnya apa dan bagaimana peserta didik belajar dengan baik serta cara memecahkan suatu masalah. c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. Model pembelajaran mempunyai tingkah laku mengajar yang diperlukan sehingga apa yang menjadi cita-cita mengajar dapat berhasil dalam pelaksanaannya. d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Model pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang kondusif serta nyaman, sehingga suasana belajar dapat menjadi salah satu aspek penunjang apa yang menjadi tujuan pembelajaran (Trianto, 2010).
B. Deskripsi
1. Prinsi-prinsip pembelajaran sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi PMK adalah sebagai berikut.
Prinsip umum(1) Pembelajaran sepanjang hayat;(2) Menerapkan pendekatan ilmiah; (3) Menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarsa sung tuladha), membangun kemauan (ing madya mangun karsa), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); (4) Menerapkan pembelajaran secara terpadu dan tuntas (mastery learning); (5) Memperhatikan keseimbangan antara hard skills dan soft skills; (6) Menggunakan berbagai sumber belajar; (7) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi; (8) Menerapkan metode pembelajaran yang mendorong peserta didik lebih aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan serta mempertimbangkan karakteristik peserta didik; dan (9) Menerapkan strategi pembelajaran berbasis kompetensi dan model-model pembelajaraninkuiri, discovery learning, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis produk dan pembelajaran berbasis proyek.
Prinsip khusus (1) Menekankan pada keterampilan aplikatif; (2) Berlangsung di rumah, sekolah/madrasah dan masyarakat/Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI); (3) Iklim belajar merupakan simulasi dari lingkungan kerja di DUDI; (4) Berdasarkan pekerjaan nyata, otentik dan sarat nilai melalui teaching factory untuk mendapatkan pembiasaan berpikir dan bekerja dengan kualitas seperti di tempat kerjaserta internalisasi nilai-nilai karakter; (5) Berdasarkan permintaan pasar kerja; (6) Melibatkan praktisi ahli yang berpengalaman di bidangnya untuk memperkuat pembelajaran dengan cara pembimbingan saat praktik kerja lapangan dan PSG; dan (7) Menerapkan sistem penyelenggaraan pendidikan terbuka (Multi Entry-Multi Exit System/MEMES) dan Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL).
2. Karakteristikpembelajaran pada pendidikan kejuruan di adopsi dari Crunkilton (1984) sejalan dengan pernyataan Charles A. Prosser (1950:215), bahwa karakteristik pembelajaran pada pendidikan kejuruan secara proporsional hanya menyiapkan peserta didik secara nyata untuk melakukan pekerjaan, dengan menetapkan (establish) habit berfikir yang benar dan bekerja dengan tepat melalui pembelajaran atau pelatihan yang berulang-ulang pada lingkup kompetensi keahlian yang dipelajarinya.
3. Perancangan pembelajarandi SMK memperhatikan karakteristik pembelajaran pada pendidikan kejuruan sebagai berikut.
- diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja;
- didasarkan atas kebutuhan dunia kerja;
- ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dibutuhkan oleh dunia kerja;
- Penilaian kesuksesan peserta didik harus pada “mind-on, heart-on, hands-on” atau cara cara pikir, sikap, dan keterampilan kerja di dunia usaha atau produksi;
- melibatkan dunia kerja sebagai kunci keberhasilan pendidikan kejuruan;
- responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi;
- lebih ditekankan pada “learning by doing”;
- memerlukan fasilitas praktik sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan industri.
4. Tujuan pembelajaran merupakan pernyataan kemampuan dari suatu keadaan yang ingin dicapai oleh peserta didik sebagai hasil dari pendidikan dan pelatihan. Agar tujuan pembelajaran di SMK efektif, maka perumusannya dapat menggunakan beberapa pertanyaan dasar yang berkaitan dengan pembelajaran yakni: “kemana kita akan pergi; bagaimana kita akan mencapainya; dan bagaimana mengetahui bahwa kita telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Mager,1984:24)”. Secara umum tujuan pembelajaran di SMK adalah: (1) Memahami persyaratan kompetensi kerja, (2) melakukan pekerjaan rutin, (3) menguasai prosedur kerja sehari-hari, (4) menerapkan standar keamanan kerja, (5) meningkatkan produktivitas, (6) mampu bekerja dalam tim kolaboratif, (7) melek digital dan simbol-simbol dalam pekerjaan, (8) memperhatikan kualitas dan efisiensi, (9) menerapkan etika dan moralitas kerja sebagai pengamalan dari nilai-nilai karakter,(10) memahami perubahan nasional, dan (11) memiliki jiwa kewirausahaan (dikembangkan dari Putu Sudira, 2016).
5. Proses pembelajaran berpendekatan saintifikmengacu pada pendekatan langkah berpikir saintifik, mengandung 5 (lima) langkah yang tidak selalu harus berurutan dan seluruhnya ada dalam satu kali pertemuan pembelajaran, yaitu sebagai berikut.
a. Mengamati, yaitu kegiatan peserta didik mengidentifikasi melalui indera penglihat (membaca, menyimak), pembau, pendengar, pengecap dan peraba pada waktu mengamati suatu obyek dengan ataupun tanpa alat bantu. Alternatif kegiatan mengamati antara lain observasi lingkungan, mengamati gambar, video, tabel dan grafik data, menganalisis peta, membaca berbagai informasi yang tersedia di media masa dan internet maupun sumber lain. Bentuk hasil belajar dari kegiatan mengamati adalah peserta didik dapat mengidentifikasi masalah.
b. Menanya, yaitu kegiatan peserta didik mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya baik yang berkenaan dengan suatu obyek, peristiwa, suatu proses tertentu. Dalam kegiatan menanya, peserta didik membuat pertanyaan secara individu atau kelompok tentang apa yang belum diketahuinya. Peserta didik dapat mengajukan pertanyaan kepada guru, narasumber, peserta didik lainnya dan atau kepada diri sendiri dengan bimbingan guru, hingga peserta didik dapat mandiri dan menjadi kebiasaan. Pertanyaan dapat diajukan secara lisan dan tulisan serta harus dapat membangkitkan motivasi peserta didik untuk tetap aktif dan gembira. Bentuknya dapat berupa kalimat pertanyaan dan kalimat hipotesis. Hasil belajar dari kegiatan menanya adalah peserta didikdapat merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis.
c. Mengumpulkan data, yaitu kegiatan peserta didik mencari informasi sebagai bahan untuk dianalisis dan disimpulkan. Kegiatan mengumpulkan data dapat dilakukan dengan cara membaca buku, mengumpulkan data sekunder, observasi lapangan, uji coba (eksperimen), wawancara, menyebarkan kuesioner, dan lain-lain. Hasil belajar dari kegiatan mengumpulkan data adalah peserta didik dapat menguji hipotesis.
d. Mengasosiasi, yaitu kegiatan peserta didik mengolah data dalam bentuk serangkaian aktivitas fisik dan pikiran dengan bantuan peralatan tertentu. Bentuk kegiatan mengolah data antara lain melakukan klasifikasi, pengurutan (sorting), menghitung, membagi, dan menyusun data dalam bentuk yang lebih informatif, serta menentukan sumber data sehingga lebih bermakna. Kegiatan peserta didik dalam mengolah data misalnya membuat tabel, grafik, bagan, peta konsep, menghitung, dan pemodelan. Selanjutnya peserta didik menganalisis data untuk membandingkan ataupun menentukan hubungan antara data yang telah diolahnya dengan teori yang ada sehingga dapat ditarik simpulan dan atau ditemukannya prinsip dan konsep penting yang bermakna dalam menambah skema kognitif, meluaskan pengalaman, dan wawasan pengetahuannya. Hasil belajar dari kegiatan menalar/mengasosiasi adalah peserta didik dapat menyimpulkan hasil kajian dari hipotesis.
e. Mengomunikasikan, yaitu kegiatan peserta didik mendeskripsikan dan menyampaikan hasil temuannya dari kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengolah data, serta mengasosiasi yang ditujukan kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan dalam bentuk diagram, bagan, gambar, dan sejenisnya dengan bantuan perangkat teknologi sederhana dan atau teknologi informasi dan komunikasi. Hasil belajar dari kegiatan mengomunikasikan adalah peserta didikdapat memformulasikan dan mempertanggungjawabkan pembuktian hipotesis.
6. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Guna memperkuat pendekatan saintifik, pendekatan rekayasa dan teknologi serta mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya nyata, baik individual maupun kelompok, maka dapat diterapkan strategi pembelajaran menggunakan model-model pembelajaran penyingkapan (inquiry learning), pembelajaran penemuan (discovery learning) dan pendekatan pembelajaran berbasis hasil karya yang meliputi pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), pelatihan berbasis produk (production-based training), dan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) serta teaching factory sesuai dengan karakteristik pendidikan menengah kejuruan.
7. Jenis dan sintaksis model pembelajaran
a. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Model pembelajaran penemuan (Discovery Learning) adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa hukum, konsep dan prinsip, melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi (pengambilan keputusan/kesimpulan). Proses itu disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating concepts and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219). Sebagai contoh penerapan model ini melalui strategi deduktif dimana peserta didik diberikan tugas untuk menentukan rumus luas lingkaran melalui permainan kertas berbentuk lingkaran yang dibagi dalam n sektor yang sama besar, kemudian menyusunnya sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti persegi panjang dan rumus keliling sudah diketahui sebelumnya. Dari permainan kertas tersebut peserta didik dapat menemukan bahwa luas lingkaran adalah ...
Tujuan pembelajaran model Discovery Learning
- Meningkatkan kesempatan peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran;
- Peserta didik belajar menemukan pola dalam situasi konkret maupun abstrak;
- Peserta didik belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan;
- Membantu peserta didik membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengarkan dan menggunakan ide-ide orang lain;
- Meningkatkan keterampilan konsep dan prinsip peserta didik yang lebih bermakna;
- Dapat mentransfer keterampilan yang dibentuk dalam situasi belajar penemuan ke dalam aktivitas situasi belajar yang baru.
Sintak model Discovery Learning
- Pemberian rangsangan (Stimulation);
- Pernyataan/Identifikasi masalah (Problemstatement);
- Pengumpulan data (Data collection);
- Pembuktian (Verification), dan
- Menarik simpulan/generalisasi (Generalization).
b. Model Inquiry Learning Terbimbing dan Sains
Model pembelajaran yang dirancang membawa peserta didik dalam proses penelitian melalui penyelidikan dan penjelasan dalam setting waktu yang singkat (Joice &Wells, 2003).
Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis, kritis,dan logis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri temuannya dari sesuatu yang dipertanyakan. Sedangkan Inkuiri Sains esensinya adalah melibatkan peserta didik pada kasus yang nyata di dalam penyelidikan,melaluicara mengkonfrontasi dengan area yang diselidiki, dimanamereka mengidentifikasi konsep atau metodologi investigasi serta mendorong cara-cara mengatasi masalah.
Tujuan Pembelajaran Inquiry untuk mengembangkan kemampuan berfikir secara sistimatis, logis, dan kritis sebagai bagian dari proses mental.
Sintaks/tahap model inkuiri terbimbing meliputi:
- Orientasi masalah;
- Pengumpulan data dan verifikasi;
- Pengumpulan data melalui eksperimen;
- Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi, dan
- Analisis proses inkuiri.
Sintaks/tahap model inkuiri Sains (Biology)
- Menentukan area investigasi termasuk metodologi yang akan digunakan;
- Menstrukturkan problem/masalah;
- Mengidentifikasi problem-problem yang kemungkinan terjadi dalam proses Investigasi;
- Menyelesaikan kesulitan/masalah dengan melakukan desain ulang, mengumpulkan dan mengorganisir data dengan cara lain dan sebagainya.
c. Model Pembelajaran Problem-Based Learning (PBL)
Merupakan pembelajaran yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok, serta lingkungan nyata (autentik) untuk mengatasi permasalahan sehingga menjadi bermakna, relevan, dan kontekstual (Tan Onn Seng, 2000). Problem Based Learning untuk pemecahan masalah yang kompleks, problem-problem nyata dengan menggunakan pendekataan studi kasus.Peserta didik melakukan penelitian dan menetapan solusi untuk pemecahan masalah (Bernie Trilling & Charles Fadel, 2009: 111).
TujuanPembelajaran PBL untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep High Order Thinking Skills (HOTS) yakni pengembangan kemampuan berfikir kritis, kemampuan pemecahan masalah, dansecara aktif mengembangkankeinginan dalam belajar dengan mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan (Norman and Schmidt).Pengembangan kemandirian belajar dapat terbentuk ketika peserta didik berkolaborasi untuk mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber-sumber belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah.
Sintaks model Problem Based Learning dari Bransford and Stein (dalam Jamie Kirkley, 2003:3) terdiri atas:
- Mengidentifikasi masalah;
- Menetapkan masalah melalui berpikir tentang masalah dan menyeleksi informasi-informasi yang relevan;
- Mengembangkan solusi melalui pengidentifikasian alternatif-alternatif, tukar-pikiran dan mengecek perbedaan pandang;
- Melakukan tindakan strategis, dan
- Melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh dari solusi yang dilakukan.
Sintaks model Problem Solving Learning Jenis Trouble Shooting (David H. Jonassen, 2011:93) terdiri atas:
- Merumuskan uraian masalah;
- Mengembangkan kemungkinan penyebab;
- Mengetes penyebab atau proses diagnosis, dan
- Mengevaluasi.
d. Model pembelajaran Project-Based Learning (PjBL)
Model pembelajaran PjBL merupakan pembelajaran dengan menggunakan proyek nyata dalam kehidupan yang didasarkan pada motivasi tinggi, pertanyaan menantang, tugas-tugas atau permasalahan untuk membentuk penguasaan kompetensi yang dilakukan secara kerja sama dalam upaya memecahkan masalah (Barel, 2000 and Baron, 2011).
Tujuan Project Based Learning adalah meningkatkan motivasi belajar, team work, keterampilan kolaborasi dalam pencapaian kemampuan akademik level tinggi/taksonomi tingkat kreativitas yang dibutuhkan pada abad 21 (Cole & Wasburn Moses, 2010).
Sintaks/tahapan model pembelajaran Project Based Learning, meliputi:
- Penentuan pertanyaan mendasar (Start with the essential question);
- Mendesain perencanaan proyek;
- Menyusun jadwal (Create a schedule);
- Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the students and the progress of the project);
- Menguji hasil (Assess the outcome), dan
- Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience).
e. Model Pembelajaran Production-Based Training/Production-Based Education and Training (PBT/PBET)
Model ini merupakan proses pendidikan dan pelatihan yang menyatu pada proses produksi, dimana peserta didik diberikan pengalaman belajar pada situasi yang kontekstual mengikuti aliran kerja industri mulai dari perencanaan berdasarkan pesanan, pelaksanaan, dan evaluasi produk/kendali mutu produk, hingga langkah pelayanan pasca produksi.
Tujuan penggunaan model pembelajaran PBT/PBET adalah untuk menyiapkan peserta didik agar memiliki kompetensi kerja yang berkaitan dengan kompetensi teknis, serta memiliki kemampuan kerjasama (berkolaborasi) sesuai dengan tuntutan organisasi kerja.
Sintaks/tahapan model pembelajaran Production Based Trainning meliputi:
- Merencanakan produk;
- Melaksanakan proses produksi;
- Mengevaluasi produk (melakukan kendali mutu), dan
- Mengembangkan rencana pemasaran.
(Diadaptasi dari Ganefri, 2013; G. Y. Jenkins, Hospitality, 2005).
f. Model Pembelajaran Teaching Factory
Teaching factory adalah model pembelajaran di SMK berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana seperti yang terjadi di industri. Pelaksanaan teaching factory menuntut keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak yang relevan menilai kualitas hasil pendidikan di SMK. Pelaksanaan teaching factory (TEFA) juga harus melibatkan Pemerintah, pemerintah daerah dan stakeholder dalam pembuatan regulasi, perencanaan, implementasi maupun evaluasinya.
Pelaksanaan teaching factory sesuai Panduan TEFA Direktorat PMK terbagi atas 4 model yang dapat digunakan sebagai alat pemetaan SMK yang telah melaksanakan TEFA. Adapun model tersebut adalah sebagai berikut:
- Model pertama, Dual Sistem dalam bentuk praktik kerja industri yaitu pola pembelajaran kejuruan di tempat kerja yang dikenal sebagai experience-based training atau enterprise-based training.
- Model kedua, Competency-Based Training (CBT) atau pelatihan berbasis kompetensi merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan dan peningkatan keterampilan dan pengetahuan peserta didik sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Pada model ini, penilaian peserta didik dirancang untuk dapat memastikan bahwa setiap peserta didik telah mencapai keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan pada setiap unit kompetensi yang ditempuh.
- Model ketiga, Production-Based Education and Training (PBET) merupakan pendekatan pembelajaran berbasis produksi. Kompetensi yang telah dimliki oleh peserta didik perlu diperkuat dan dipastikan dengan memberikan pengetahuan pembuatan produk nyata yang dibutuhkan dunia kerja (industri dan masyarakat).
- Model Keempat,Teaching Factory adalah konsep pembelajaran berbasis produksi (barang dan atau jasa) melalui sinergi sekolah dan industri untuk menghasilkan lulusan yang kompeten sesuaidengan kebutuhan pasar.
Tujuan model pembelajaran Teaching Factory:
- Mempersiapkan lulusan SMK menjadi pekerja dan wirausaha;
- Membantu peserta didik memilih bidang kerja yang sesuai dengan kompetensinya;
- Menumbuhkan kreativitas peserta didik melalui learning by doing;
- Memberikan keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja;
- Memperluas cakupan kesempatan rekruitmen bagi lulusan SMK;
- Membantu peserta didik dalam mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja, serta membantu menjalin kerjasama dengan dunia kerja yang aktual, serta
- Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk melatih keterampilannya agardapat membuat keputusan tentang karier yang akan dipilih.
Tujuan yang selaras tentang pembelajaran teaching factory (Sema E. Alptekin, Reza Pouraghabagher, Patricia McQuaid, and Dan Waldorf, 2001) adalah:
- Menyiapkan lulusan yang lebih profesional melalui pemberian konsep manufaktur modern agar secara efektif dapat berkompetitif di industri.
- Meningkatkan pelaksanaan Kurikulum SMK yang berfokus pada konsep manufaktur modern.
- Menunjukan solusi yang layak pada dinamika teknologi dari usaha yang Terpadu.
- Menerima transfer teknologi dan informasi dari industri pasangan terutama pada aktivitas peserta didik dan guru saat pembelajaran.
Sintaksis Teaching Factory
Pembelajaran teaching factory dapat menggunakan sintaksis PBET/PBT atau dapat juga menggunakan sintaksis yang diterapkan di Cal Poly-San Luis Obispo USA (Sema E. Alptekin, 2001) dengan langkah-langkah:
- Merancang produk;
- Membuat prototipe;
- Memvalidasi dan memverifikasi prototipe;
- Membuat produk masal.
Berdasarkan hasil penelitian,Dadang Hidayat (2011) mengembangkan langkah-langkah pembelajaran Teaching Factory sebagai berikut:
- Menerima order;
- Menganalisis order;
- Menyatakan kesiapan mengerjakan order;
- Mengerjakan order;
- Mengevaluasi produk;
- Menyerahkan order.
8. Analisis Pemilihan Model Pembelajaran
Memilih atau menentukan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh karakteristik Kompetensi Dasar (KD), tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran termasuk internalisasi nilai karakter, sifat dari materi yang akan diajarkan, dan tingkat kemampuan peserta didik. Di samping itu, setiap model pembelajaran mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dapat dilakukan peserta didik dengan bimbingan guru.
Pemilihan suatu model belajar sangat ditentukan oleh isi rumusan Kompetensi Dasar dan materi pembelajaran. Model pembelajaran tertentu hanya tepat digunakan untuk materi pembelajaran tertentu. Sebaliknya materi pembelajaran tertentu akan dapat berhasil maksimal jika menggunakan model pembelajaran tertentu pula. Guru harus menganalisis rumusan pernyataan setiap KD, apakah cenderung pada pembelajaran penyingkapan (Discovery/Inquiry Learning) atau pada pembelajaran hasil karya (Problem-Based Learning dan Project-Based Learning).
Rumusan KD yang mengarah pada pembentukan penguasaan konsep dan prinsip sangat tepat menggunakan model pembelajaran Inquiry atau model pembelajaran Discovery Learning karena kedua model pembelajaran tersebut membentuk kemampuan eksplanasi terhadap konsep phenomena alam dan sosial yang terjadi. Rumusan KD serta penerapan kedua model pembelajaran tersebut dapat diberi muatan untuk mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai karakter antara lain rasa ingin tahu, kerja keras, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial,mandiri, tanggung jawab, dan cinta tanah air. Sedangkan pada rumusan KD yang lebih menekankan pada pembelajaran hasil karya dapat dikembangkan dan ditanamkan nilai-nilai karakter kreatif, mandiri, disiplin, komunikatif, menghargai prestasi, tanggung jawab, kerja keras, gemar membaca, rasa ingin tahu, dan cinta tanah air. Karena itu pada saat akan memilih model pembelajaran guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a. Menganalisis rumusan pernyataan setiap KD dan mempertimbangkan nilai-nilai karakter apa yang dapat dikembangkan;
b. Memahami tujuan dari setiap model pembelajaran;
c. Menentukan apakah rumusan KD cenderung pada pembentukan konsep/prinsip atau pada pembentukan hasil karya;
d. Kompetensi Dasar (KD dari KI-3 dan KD dari KI-4) pada kelompok mata pelajaran Dasar Kejuruan (C1) dan kelompok mata pelajaran Dasar Keahlian (C2) yang cenderung pada penguasaan konsep/prinsip untuk membentuk kemampuan eksplanasi, sangat tepat menggunakan model pembelajaran Inquiry atau Discovery Learning sebagai fondasi untuk mata pelajaran kelompok Kompetensi Keahlian (C3);
e. Kompetensi Dasar (KD dari KI-3 dan KD dari KI-4) pada kelompok mata pelajaran Kompetensi Keahlian (C3) yang cenderung membentuk kemampuan solusi-solusi teknologi dan rekayasa atau hasil karya dapat menggunakan model belajar Problem-based Learning, Production-based Trainning, Project-based Learning dan Teaching Factory.
9. Penyusunan Kegiatan Pembelajaran (menggunakan matrik perancah)
Penyusunan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik sangat dipengaruhi oleh kemampuan yang ingin dibentuk dari setiap langkah mengamati, menanya, mencoba, menganalisis dan mengomunikasikan.Langkah-langkah tersebut harus diselaraskan dengan langkah-langkah belajar (sintaksis) dari setiap model pembelajaran serta muatan nilai-nilai karakter yang dapat dikembangkan, sehingga antara pembentukan kemampuan saintifik danlangkah-langkah belajar terjadi keselarasan sertaketerpaduan dalam bentuk pengalaman belajar atau aktivitas belajar yang berpusat pada peserta didik sekaligus membentuk nilai-nilai karakter pada peserta didik. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam menyusun kegiatan pembelajaran adalah mengusahakan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman balajar bagi peserta didik dalam mencapai indikator pembelajaran.
Untuk memudahkan dalam memadukan pendekatan saintifik dan model pembelajaran serta Kompetensi Dasar; dalam hal ini indikator yang harus dicapai sebagai tahapan belajar, dapat digunakan matrik perancah seperti format berikut.
C. Contoh
Langkah sinkronisasi atau memadukan proses berpikir ilmiah (saintifik) dengan model pembelajaran yang dipilih atas dasar hasil analisis, dapat menggunakan matrik perancah sebagai pertolongan sebelum dituliskan menjadi kegiatan inti pada RPP. Pemaduan atau sinkronisasi antara langkah-langkah proses berpikir ilmiah (saintifik) dan sintaks (tahapan/langkah kerja) model pembelajaran dilakukan sebagai berikut.
- Pilih pasangan KD dari mata pelajaran yang diampu sesuai hasil analisis keterkaitan KI-KD pada silabus dan buku teks peserta didik terkait.
- Rumuskan IPK untuk KD dari KI-3 dan KD dari KI-4 sesuai dengan dimensi proses atau level pengetahuan dan dimensi kategori pengetahuan serta keterampilan yang terkandung di masing-masing KD. Setiap KD minimal memiliki 2 (dua) indikator.
- Petakan pemilihan model pembelajaran sesuai KD dengan mempertimbangkan rambu-rambu pemilihan model pembelajaran.
- Pilih model pembelajaran sesuai KD dengan mempertimbangkan rambu-rambu pemilihan model pembelajaran.
- Tentukan kegiatan peserta didik dan kegiatan guru sesuai dengan langkah-langkah (sintaks) model pembelajaran yang dipilih, kemudian sinkronkan dengan proses berpikir ilmiah (saintifik) sampai mencapai IPK.
Selengkapnya silahkan lihat atau download berkas mengenai Analisis Penerapan Model Pembelajaran SMK Kurikulum 2013 di bawah ini.
File Preview:
Analisis Penerapan Model Pembelajaran SMK Kurikulum 2013
Download:
Analisis Penerapan Model Pembelajaran.docx
Analisis Penerapan Model Pembelajaran.pptx
Sumber: http://psmk.kemdikbud.go.id