Model Silabus Tematik Terpadu Kurikulum 2013 SD MI Terbaru
1/02/2019
Berikut ini adalah arsip berkas Model Silabus Tematik Terpadu Kurikulum 2013 SD MI Terbaru. Download file buku dalam format .pdf. Buku ini diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar - Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2018.
Model Silabus Tematik Terpadu Kurikulum 2013 SD MI Terbaru
Berikut ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas Model Silabus Tematik Terpadu Kurikulum 2013 SD MI Terbaru:
A. Rasional
Ahli pendidikan   Piaget  membagi   tahap   perkembangan  kognitif  dalam  4  tahapan, yaitu    tahap    sensorimotor,   tahap    pra-operasional,    operasional    konkret,    dan operasional  formal.  Usia sekolah  dasar  umumnya 7 sampai  12 tahun   masuk  pada tahap   operasional konkret  dimana  anak  belum  bisa  rnemaharni   problem   abstrak, segala  sesuatu   akan  bermakna   bila  dikaitkan   dengan  objek  konkret  (nyata)   yang mereka  ternui  sehari-hari.   Untuk  itu pembelajaran  yang  cocok di SD rnenggunakan pendekatan  tematik.    Pembelajaran   ternatik  merupakan pendekatan  pembelajaran yang  mengintegrasikan  berbagai   kompetensi   dari  berbagai   rnata  pelajaran  dalam berbagai  terna.   Shoemaker  (1989)  mendefinisikan kurikulum terintegrasi (tematik) sebagai  "... pendidikan  yang  diorganisasi  sedemikian  rupa  sehingga  melintasi  garis garis batas  mata  pelajaran,  membawa  bersama  beragam  aspek kurikulum ke dalam asosiasi yang bermakna agar terfokus kepada bidang-bidang studi yang luas. Ia memandang belajar  dan  mengajar  secara  holistik  dan  merefleksikan   dunia  nyata, yang interaktif.
Pembelajaran  dengan  pendekatan tematik  ini mencakup  kompetensi  mata  pelajaran yaitu:  PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya dan Prakarya,  dan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.  Sedangkan mata  pelajaran  Pendidikan Agama dan Budi Pekerti  tidak termasuk mata pelajaran dalam tematik.  Pembelajaran tematik  dilaksanakan di semua kelas di SD baik di kelas  1-111  (kelas rendah)  maupun kelas IV-VI (kelas tinggi). Di kelas rendah  belum ada mata  pelajaran  IPA dan IPS yang berdiri  sendiri  namun  muatan IPA dan  IPS diintegrasikan ke  dalam  mata  pelajaran bahasa   Indonesia.   Untuk   mata   pelajaran   Matematika   dan   Pendidikan   Jasmani Olahraga  dan  Kesehatan  dilakukan  secara  tematik  hanya  sampai  dengan  kelas  III, untuk  kelas IV, V, dan VI diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri.
Integrasi kurikulum sebagai suatu pengelolaan pembelajaran  sekitar problem dan isu di   masyarakat,   sehingga    diperlukan    kolaborasi   oleh   guru    dan   siswa   tanpa memandang  pada  mata  pelajaran. Pembelajaran tematik terpadu  merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai  kompetensi dari berbagai mata  pelajaran  ke dalam berbagai  tema. Penentuan  tema  yang  dijadikan sebagai ide besar  dari  pembelajaran yang  menghubungkan konsep  dan  kompetensi  yang  ingin dicapai oleh siswa.
Pendekatan  ini  dimaksudkan  agar   siswa   tidak   belajar   secara   parsial   sehingga pembelajaran    dapat   memberikan   makna   yang   utuh    pada   siswa   seperti   yang tercermin  pada  berbagai  tema  yang  tersedia.  Terna  yang  pilih  sedapat   mungkin didekatkan dengan  hal-hal yang dialami siswa. Pembelajaran  tematik disusun berdasarkan berbagai proses integrasi yaitu integrasi intradisipliner, multi-disipliner inter-disipliner,  dan  trans-disipliner.  Muatan-muatan  yang   dapat  diintegrasikan dalam pembelajaran  merujuk pada aktivitas  besar yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia, yaitu kemaritiman, agraris, dan niaga/jasa.
Oleh karena  itu, kontekstual  pendidikan perlu dipersiapkan pada peserta didik agar dapat hidup di masa depan dan beradaptasi  dengan lingkungan yang terus  berubah melalui kemampuan  berfikir  kritis/memecahkan  masalah, kreativitas,  komunikasi dan kolaborasi. Selain itu  peserta  didik juga disiapkan dengan  kemampuan  untuk menerapkan  pengetahuan  sebagai suatu keterampilan dalam kehidupan sehari-hari sebagai   aplikasi   dari   kemampuan  baca   tulis,   berhitung,   literasi   sains,   literasi informasi teknologi dan komunikasi, literasi keuangan, dan literasi budaya dan kewarganegaraan.  Terpenting  dari  semua itu, pendidikan diarahkan untuk membangun kecintaan sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merepresentasikan  kebhinekaan   agama,  suku  bangsa,  bahasa,  sosial, ekonomi, dan budaya  masyakarat Indonesia. Peserta  didik juga diharapkan  menjadi warga  negara yang  bertanggung  jawab   dengan   memahami   hak  dan  kewajiban   sebagai  warga negara  Indonesia yang juga dibatasi  oleh hak  dan  kewajiban  warga  negara  lainnya. Untuk itu pembelajaran diarahkan untuk  membangun  empati, demokratis, dan memberikan kesempatan untuk  mengemukakan pendapat  serta  menerima  pendapat orang lain.
Silabus   tematik   yang    dikembangkan   oleh   Pusat   Kurikulum    dan    Perbukuan merupakan suatu  model, satuan  pendidikan  dapat  mengembangkan silabus tematik dengan  mengambil  tema  yang disesuaikan  dengan  karakteristik satuan  pendidikan. Satuan  pendidikan  juga dapat  langsung  menggunakan  model  silabus  ini atau  dapat juga  dengan  mengadaptasi   sesuai  karakteristik satuan  pendidikan.  Selain itu, bagi guru    yang    ingin    menyusun     sendiri    pembelajaran     tematik   terpadu     dapat menggunakan Silabus Mata Pelajaran di SD /MI yang terpisah  dari dokumen  ini.
B.  Penguatan Pendidikan Karakter dan Ruh Pendidikan Nasional Indonesia
Pemerintah     Indonesia    terus     berupaya    melakukan     penataan   kembali    atau transformasi Pendidikan Nasional Indonesia secara masif. Salah satunya adalah mengembalikan  karakter  sebagai ruh  pendidikan nasional Indonesia yang diselenggarakan  melalui  Penguatan   Pendidikan   Karakter   (PPK). PPK merupakan suatu   gerakan  pendidikan   di  bawah   tanggung   jawab   satuan   pendidikan  untuk memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi  olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah   raga   dengan   dukungan    pelibatan   publik   dan   kerjasama    antara   sekolah, keluarga,   dan  masyakarat sebagai  bagian  dari  Gerakan  Nasional Revolusi  Mental (GNRM). Nilai-nilai yang   dapat   dikuatkan   adalah  lima  nilai  utama   Religiusitas, Nasionalisme, Kemandirian, Gotong Royong, dan Integritas.  Nilai Religiusitas, diantaranya  meliputi  beriman  dan  bertaqwa  kepada  Tuhan  Yang  Maha Esa, taat beribadah,  bersyukur, berdoa sebelum  dan sesudah beraktivitas, dan toleransi. Nilai Nasionalisme,  diantaranya  terdiri    dari   cinta   tanah   air,   semangat  kebangsaan, menghargai  kebhinekaan,  menghayati lagu nasional dan lagu daerah,  cinta  produk Indonesia,  cinta   damai,   rela   berkorban,   dan   taat   hukum.   Nilai  Kemandirian, diantaranya mencakup disiplin, percaya  diri, rasa ingin tahu, tangguh,  bekerja keras, mandiri,  kreatif-inovatif,  dan  pembelajar   sepanjang  hayat.  Nilai Gotong Royong, diantaranya terwujud melalui suka  menolong, bekerjasarna,  peduli  sesarna, peduli lingkungan,   kebersihan  dan   kerapian,   kekeluargaan,   dan   aktif   dalam   kegiatan kemasyarakatan.  Nilai Integritas,  diantaranya  meliputi  jujur,  rendah   hati,  santun, tanggung jawab, keteladanan, komitmen  moral, cinta kebenaran, menepati  janji, dan anti korupsi.  Nilai -nilai tersebut ditanamkan dan dipraktikkan melalui sistem pendidikan  nasional  agar  diketahui,  dipahami,  dihayati  dan  diterapkan di seluruh sendi kehidupan di sekolah, keluarga dan masyarakat.
PPK memiliki tujuan, antara lain:
- Membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi emas Indonesia tahun 2045 dengan dengan jiwa pancasila dan pendidikan karakter yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan;
 - Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan pendidikan bagi peserta didik dengan dukungan pelibatan publik yang dilakukan melalui pendidikan jalur formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia;
 - Merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan keluarga dalam mengimplementasikan PPK.
 
Gerakan PPK diimplementasikan terintegrasi dalam Kurikulum 2013 dengan strategi:
1.  Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas
a. Mengintegrasikan   proses   pembelajaran    di   dalam   kelas   melalui   isi kurikulum  dalam   mata   pelajaran,   baik   itu   secara   tematik  maupun terintegrasi dalam mata pelajaran.
b. Memperkuat  manajemen  kelas,  pemilihan   metode   pembelajaran, dan evaluasi pengajaran.
c.      Mengembangkan muatan lokal sesuai dengan kebutuhandaerah.
2.   Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah
a.   Menekankan pada pembiasaan nilai-nilai utama dalamkeseharian sekolah.
b.   Menonjolkan keteladanan orang dewasa  di lingkungan  pendidikan.
c.    Melibatkan seluruh ekosistem pendidikan di sekolah.
d.   Mengembangkan dan memberi ruang yang luas pada segenap potensi siswa melalui kegiatan ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler.
e.   Memberdayakan manajemendan tata kelolasekolah.
f.    Mempertimbangkan norma, peraturan, dan tradisi sekolah.
3.  Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis  Masyarakat
a. Memperkuat peranan  Komite Sekolah dan  orang  tua  sebagai  pemangku kepentingan utama pendidikan.
b. Melibatkan   dan   memberdayakan  potensi  lingkungan  sebagai   sumber pembelajaran seperti  keberadaan dan dukungan  pegiat seni dan budaya, tokoh masyarakat, dunia usaha, dan dunia industri.
c. Mensinergikan   implementasi  PPK dengan  berbagai  program  yang  ada dalam lingkup akadernisi, pegiat pendidikan, dan LSM.
d. Mensinkronkan   program    dan   kegiatan  melalui   kerja   sama   dengan pemerintah   daerah,    kementerian   dan   lembaga   pemerintahan,   dan masyarakatpada umumnya.
C.    Karakteristik Mata Pelajaran di SD
Kurikulum 2013 memiliki tujauan khusus untuk  mempersiapkan  generasi baru dan penerus bangsa yang memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga  negara yang beriman,  produktif,  kreatif, inovatif, dan  afektif  serta  mampu  berkontribusi pada kehidupan berrnasyarakat,  berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.  Untuk itu, perancangan Kurikulum 20 13 perlu memperhatikan kebutuhan siswa saat ini dan di  masa  depan  yang  dinamis  ditengah  pengaruh   globalisasi dan  kemajemukan masyarakat   Indonesia.  Selain  itu,  Kurikulum  20 13 dirancang  untuk  memperkuat karakter   peserta  didik yang  meliputi  lima  nilai utama  relijiusitas,  nasionalisme, kemandirian, gotong royong, dan integritas.
Memperhatikan konteks global dan kemajemukan masyarakat Indonesia itu, misi dan orientasi  kurikulum  20 13 diterjemahkan  dalam praktik  pendidikan dengan tujuan khusus agar siswa memiliki kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan masyarakat di  masa  kini  dan  di  masa  mendatang.  Kompetensi yang  dimaksud  meliputi  tiga kompetensi,  yaitu:  (1)  menguasai  pengetahuan;  (2)  memiliki keterampilan  atau kemampuan  menerapkan  pengetahuan; (3) menumbuhkan  sikap spiritual  dan etika sosial yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa  dan bernegara. Kompetensi sikap  spiritual  dan  sikap  sosial,  dicapai melalui pembelajaran  tidak langsung  (indirect  teaching)  yaitu  keteladanan,  pembiasaan,  dan  budaya  sekolah, dengan  memperhatikan  karakteristik  mata  pelajaran  serta  kebutuhan  dan  kondisi siswa.   Penumbuhan   dan  pengembangan   kompetensi   sikap   dilakukan   sepanjang proses  pembelajaran berlangsung,  dan dapat  digunakan sebagai pertimbangan guru dalam  mengembangkan karakter  siswa  lebih lanjut.  Mata pelajaran  yang  diajarkan secara tematik di SD adalah:
1.    Pendidikan  Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
Pendidikan  Pancasila  dan  Kewarganegaraan  (PPKn)  membentuk siswa  menjadi manusia  yang  memiliki  rasa  kebangsaan dan  cinta  tanah  air yang  dijiwai oleh 4 (empat)  substansi  inti kebangsaan  yaitu  (1) Pancasila, sebagai  dasar  negara;  (2) Undang Undang Dasar  Negara  Republik  Indonesia Tahun  1945 sebagai  hukum dasar    yang    menjadi    landasan    konstitusional    kehidupan     bermasyarakat, berbangsa,   dan  bernegara;   (3)  Negara  Kesatuan   Republik  Indonesia,  sebagai bentuk final  Negara  Republik  Indonesia  yang  melindungi   segenap  bangsa  dan tanah   tumpah  darah   Indonesia;  (4)   Bhinneka   Tunggal   Ika,  sebagai   wujud komitmen   keberagaman  kehidupan   bermasyarakat,  berbangsa,   dan  bernegara yang  utuh   dan  kohesif  secara  nasional.  Pembelajaran  PPKn  dilakukan   dalam rangka  mencapai kompetensi  sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan,  dan keterampilan.   Pengembangan    kompetensi    sikap   spiritual    dan   sikap   sosial dilaksanakan  melalui Pembelajaran  langsung (direct  teaching).
Mata  pelajaran   kewarganegaraan  diarahkan    untuk   mengembangkan  potensi peserta    didik   dalam    bersikap    sebagai   warganegara   termasuk   keteguhan, komitmen,  dan  tanggung jawab.   Sikap sebagai  warganegara itu  terbentuk dari pengetahuan kewarganegaraan yang yang dipraktikkan dengan berpartisipasi menjalankan  hak dan kewajiban  sebagai warga  negara.
2.  Bahasa Indonesia
Ruang lingkup bahasa  Indonesia di SD adalah menggunakan bahasa secara efektif dan  efisien  sesuai  dengan  etika  yang  berlaku,  baik  secara  lisan  maupun   tulis, menghargai   dan    bangga    menggunakan   bahasa    Indonesia   sebagai    bahasa persatuan  dan  bahasa  negara   dan  menggunakannya  dengan  tepat   dan  kreatif untuk  berbagai tujuan.   Selain  itu,  siswa   di  SD  dapat   menggunakan  bahasa Indonesia untuk  meningkatkan kemampuan    intelektual, serta kematangan emosional  dan  sosial, memanfaatkan karya sastra  untuk  memperluas  wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dalam rangka  mencapai kompetensi sikap spiritual,  sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Pengembangan  kompetensi  sikap spiritual dan sikap sosial dilaksanakan  melalui Pembelajaran  tidak langsung (indirect teaching).
Mata  pelajaran  Bahasa  Indonesia  menggunakan   teks-teks  dengan  muatan   atau berisi  materi   IPA  dan  IPS pada  kelas  I   s.d  III.   Pemilihan  teks-teks   dalam pembelajaran  bahasa  Indonesia  dengan  memperhatikan   karakteristik   peserta didik, mudah  dipaharni, dan  dekat  dengan kehidupan  sehari-hari peserta  didik (kontekstual).  Penekanan  mata  pelajaran Bahasa Indonesia untuk  memberikan kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan secara efektif. Kemampuan berkomunikasi ini mensyaratkan  peserta didik untuk mencari informasi di sekitarnya, melalui membaca buku, membaca koran, mendengarkan berita, menonton video, dan lainnya.
3.    Matematika
Ruang Lingkup  Matematika  SD  ada tiga yaitu bilangan  (bilangan cacah,   bulat, prima, pecahan, kelipatan dan faktor, pangkat dan akar sederhana), geometri dan pengukuran  (bangun datar dan bangun ruang, hubungan antar garis,  pengukuran (berat,  panjang,  luas,   volume,  sudut,  waktu,  kecepatan,  dan  debit,  letak  dan koordinat   suatu   benda),   serta   statistika  (menyajikan   dan   menafsirkan    data tunggal)  dalam penyeleaian  masalah kehidupan  sehari-hari.
Pembelajaran  matematika di SD diarahkan  untuk mendorong siswa mencari tahu dari berbagai  sumber,  mampu merumuskan masalah bukan  hanya menyelesaikan masalah  sederhana  dalam  kehidupan   sehari-hari.  Disamping itu,  pembelajaran diarahkan untuk melatih  siswa berpikir  logis dan kreatif bukan  sekedar  berpikir mekanistis   serta  mampu  bekerja  sama  dan berkolaborasi dalam  menyelesaikan masalah.     Pembelajaran     matematika    dilakukan     dalam     rangka     mencapai kompetensi sikap spiritual,  sikap sosial, pengetahuan, dan  keterampilan. Pengembangan kompetensi  sikap  spiritual  dan sikap sosial dilaksanakan  melalui Pembelajaran tidak langsung (indirect teaching).
Mata  pelajaran   Matematika  pada  kelas  tinggi  (kelas  IV, V  dan  VI) dibelajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri.
4.   Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ruang lingkup  materi  mata  pelajaran IPA SD mencakup  enam lingkup  sains yaitu kerja ilmiah dan keselamatan kerja, makhluk  hidup dan sistem kehidupan  (bagian tubuh   manusia   dan  perawatannya,  makhluk   hidup   di  sekitarnya,  tumbuhan, hewan,  dan manusia, energi  dan perubahannya gaya  dan gerak,  sumber  energi, bunyi,  cahaya,  sumber  daya  alam, suhu  dan kalor,  rangkaian listrik dan magnet), materi  dan  perubahannya  (ciri benda,  penggolongan  materi  perubahan wujud), bumi dan  alam semesta  (rorasi  dan  revolusi bumi, cuaca dan musim, dan sistem tata    surya),    serta    sains,   lingkungan,    teknologi,   dan   masyarakat   (dampak perubahan musim  terhadap kegiatan  sehari-hari,  lingkungan  dan kesehatan,  dan sumber daya  alam). Ilmu Pengetahuan Alam di SD/MI kelas  I,  II, dan  III  (kelas rendah)  muatan  sains  diintegrasikan   pada  mata   pelajaran   Bahasa  Indonesia, sedangkan  di Kelas IV, V, dan VI (kelas tinggi) Ilmu Alam menjadi mata  pelajaran yang  berdiri  sendiri  tetapi  pembelajarannya menerapkan  pembelajaran tematik terpadu.  Pembelajaran  di SD dilakukan  secara terpadu  antar  mata pelajaran yang diikat  oleh  tema  tertentu. Kompetensi  sikap  spiritual  dan  sikap  sosial, dicapai melalui   pembelajaran  tidak   langsung   (indirect   teaching)   yaitu   keteladanan, pembiasaan,   dan  budaya   sekolah,  dengan   memperhatikan  karakteristik  mata pelajaran  serta  kebutuhan dan  kondisi  siswa. Penumbuhan  dan  pengembangan kompetensi   sikap  dilakukan   sepanjang  proses  pembelajaran   berlangsung,  dan dapat  digunakan  sebagai  pertimbangan  guru  dalam  mengembangkan karakter siswa lebih lanjut.
5.  Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ruang lingkup  materi  IPS di Sekolah Dasar, diawali dari  pengenalan  lingkungan dan  masyarakat terdekat,  mulai kabupaten, provinsi, nasional dan internasional. Antara satu wilayah dengan wilayah lainnya memiliki koneksi. Lingkungan internasional  di lingkup SD  dibatasi pada pengenalan lingkungan ASEAN.  Mata pelajaran  IPS bertujuan  untuk  menghasilkan warganegara  yang religius, [ujur, demokratis,  kreatif,  kritis, senang membaca, memiliki kemampuan  belajar, rasa ingin tahu,  peduli dengan lingkungan sosial dan  fisik, berkontribusi  terhadap pengembangan   kehidupan   sosial  dan   budaya,  serta   berkomunikasi   secara produktif.   Ruang lingkup JPS  terdiri  atas  pengetahuan,  keterampilan, nilai dan sikap yang dikembangkan  dari masyarakat  dan disiplin ilmu sosial. Penguasaan keempat  konten  ini dilakukan  dalam  proses belajar yang  terintegrasi  melalui proses kajian terhadap konten pengetahuan.
Pada jenjang Sekolah Dasar kelas I, II dan III muatan IPS diintegrasikan pada mata pelajaran  Bahasa Indonesia,   sedangkan  untuk  kelas  IV sampai  kelas VI,   IPS menjadi  mata  pelajaran  tersendiri  tetapi   pembelajarannya   dilakukan  secara tematik terpadu dengan  mata  pelajaran  lainnya. Kompetensi  sikap  spiritual  dan sikap sosial, dicapai melalui pembelajaran  tidak langsung (indirect teaching) yaitu keteladanan,  pembiasaan,  dan  budaya  sekolah,  dengan  memperhatikan karakteristik mata  pelajaran  serta   kebutuhan  dan  kondisi  siswa.  Penumbuhan dan pengembangan kompetensi  sikap dilakukan  sepanjang  proses  pembelajaran berlangsung,   dan  dapat  digunakan   sebagai  pertimbangan  guru  dalam mengembangkan karakter siswa lebih lanjut.
6.   Seni Budaya dan Prakarya  (SBdP)
Di  Sekolah  Dasar  pembelajaran   Seni  Budaya  dan  Prakarya  bersifat   rekreatif melalui eksperimentasi, keberanian mengutarakan pendapat serta  dapat dilaksanakan  secara   terpadu  maupun   single   subject.   Terpadu   dalam   bentuk mencipta   karya   seni  yang  dikaitkan dengan  pengetahuan lain  dan  rasionalisasi penciptaannya, di dalamnya memuat sikap (perilaku, apresiatif, toleransi dan bertanggung jawab penuh), keterampilan (bersifat  fragmatis, aplicable, dan teknologis-sistemis),      pengetahuan      (kemampuan      merekronstruksi      dan mengungkapkan kembali ide dan gagasan secara sistematis).
Ruang lingkup  SBdP di SD meliputi dinamika gerak, karya  dekoratif, menampilkan pola irama  dan   membuat karya  dari  bahan  alam, berkarya seni  estetis  melalui kegiatan  apresiasi  dan kreasi  berupa  gambar  cerita  dan  reklame,  interval  nada, tari  kreasi  daerah,  membuat  kolase, topeng  dan patung  dengan  memperhatikan perilaku  jujur,  disiplin, tanggung  jawab,  santun,  peduli, dan  percaya  diri  dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru,  dan tetangganya serta  cinta tanah air. Kompetensi  sikap  spiritual  dan  sikap  sosial, dicapai melalui pembelajaran  tidak langsung  (indirect  teaching)  yaitu  keteladanan, pembiasaan,  dan budaya  sekolah, dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi siswa.
7.   Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK)
Pembelajaran  berbagai   aktivitas   di  dalam   PJOK pada  satuan   pendidikan  SD diarahkan untuk mencapai  kompetensi dalam  penyempurnaan dan  pemantapan pola gerak  dasar,  pengembangan kebugaran jasmani serta  pola hidup  sehat pada kelas  rendah  (kelas  I-III) melalui berbagai  permainan  sederhana  dan tradisional, aktivitas  senam,  aktivitas   gerak  berirama,   aktivitas   air,  dan  materi   kesehatan, sedangkan   pada   kelas  tinggi   (kelas   IV-VI) pengembangan  pola  gerak   dasar menuju  kesiapan   gerak  spesifik,  pengembangan  kebugaran   jasmani  serta  pola hidup  sehat  melalui permainan  bola besar, permainan  bola kecil, atletik,  beladiri, senam, gerak berirama,  aktivitas  air, dan materi  kesehatan.
Kompetensi  sikap  spiritual  dan  sikap  sosial, dicapai melalui  pembelajaran  tidak langsung (indirect  teaching) yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan memperhatikan  karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan  dan kondisi siswa.
Mata pelajaran PJOK pada kelas tinggi (kelas IV,  V dan VI) dibelajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri.
D.  Prinsip-Prinsip Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran tematik terpadu memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:
- Peserta didik mencari tahu, bukan diberi tahu.
 - Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan kompetensi melalui tema yang paling dekat dengan kehidupan peserta didik.
 - Terdapat tema yang menjadi pemersatu sejumlah kompetensi dasar yang berkaitan dengan berbagai konsep, keterampilan dan sikap.
 - Sumber belajar tidak terbatas pada buku.
 - Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun berkelompok sesuai dengan karakteristik kegiatan yang dilakukan.
 - Guru harus merencanakan dan melaksanakan pembelajaran agar dapat mengakomodasi siswa yang memiliki perbedaan tingkat kecerdasan, pengalaman, dan ketertarikan terhadap suatu topik.
 - Kompetensi Dasar mata pelajaran yang tidak dapat dipadukan dapat diajarkan tersendiri.
 - Memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences) dari hal-hal yang konkret menuju ke abstrak.
 - Pembelajaran tematik yang dirancang dalam silabus bukan merupakan urutan Pembelajaran, melainkan bentuk Pembelajaran untuk mencapai Kompetensi Dasar guru dapat melakukan penyesuaikan.
 
E.   Pengembangan  Silabus Tematik
Silabus tematik di SD dikembangkan menggunakan model  jaring laba-laba (webbed). Pembelajaran  terpadu   model   jaring   laba-laba    (webbed)   dikembangkan   dengan memadukan beberapa mata pelajaran yang  diikat  dalam  suatu tema.  Pengembangan silabus  dilakukan merujuk silabus  mata  pelajaran, untuk Materi  Pokok menyesuaikan dengan    kompetensi    dasar     setiap     mata     pelajaran.     Sedangkan    Pembelajaran merupakan gabungan Pembelajaran untuk satu  tema/subtema untuk seluruh kompetensi  dasar  dari   muatan  mata   pelajaran  yang   diikat   dalam   tema/subtema tersebut.
Langkah-langkah yang  dilakukan dalam  mengembangkan silabus  tematik model  ini adalah:
- Mengidentifikasi materi pelajaran dari setiap kompetensi dasar yang ingin dicapai dari semua mata pelajaran yang akan diintegrasikan.
 - Mengidentifikasi tema-tema yang menarik bagi siswa, lalu memilih beberapa tema yang akan dijadikan sebagai tema pembelajaran.
 - Memetakan materi pelajaran untuk setiap tema/subtema yang sesuai. Pemetaan materi perlu juga memperhatikan keruntutan dari materi untuk setiap mata pelajaran dan tingkat kesulitan dari materi tersebut agar mendapatkan alokasi waktu yang cukup.
 - Merancang Pembelajaran berdasarkan pemetaan materi pelajaran yang telah dilakukan.
 - Mendesain penilaian yang akan dilakukan untuk proses pembelajaran yang telah dirancang berdasarkan tema atau sub tema yang telah diajarkan.
 - Melaporkan hasil penilaian sesuai dengan kompetensi mata pelajaran yang telah dicapai. Hasil penilaian ini akan dijadikan dasar bagi pendidik untuk melakukan evaluasi pembelajaran. Hasil evaluasi ini digunakan untuk mengidentifikasi tema dan Materi Pokok kembali.
 
F.    Pembelajaran dan Penilaian
1.    Pembelajaran
Pembelajaran  tematik  lebih menekankan  pada praktik  pengetahuan  berbentuk tema yang dekat dengan aktivitas siswa sehari-hari. Melalui pembelajaran tematik ini,  siswa  diharapkan   dapat  memahami  fenomena  atau   aktivitas  sehari-hari secara lebih konkret.  Melalui praktik  pengetahuan  itu diharapkan  akan tumbuh sikap  religiusitas  dan  etika   sosial  dalam  hal  tanggung  jawab  siswa  dalam memahami fenomena dan aktivitas siswa.
Pembelajaran tematik,  di Sekolah Dasar menekankan pada proses pembelajaran yang  tidak  semata  melakukan  aktivitas,  tetapi  bagaimana  merancang pembelajaran yang juga mengaktifkan kreativitas dan berfikir kreatif siswa serta memperkuat karakternya.
Satu hal penting ditekankan  dari proses pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran  yang dijalankan tidak  hanya memperkenalkan  pengetahuan  mata pelajaran dalam konsepsi-konsepsi atau teori-teorinya yang bersifat  hafalan. Melainkan,  lebih  menekankan   dimensi  afeksi,  atau  kepedulian  dan  keterikatan siswa terhadap hal-hal nyata  yang dialami siswa untuk  dapat  beraktivitas secara mandiri dan menjaga hak orang lain di sekitarnya.
Proses pembelajaran  yang menekankan pada praktik pengetahuan mata pelajaran yang  dijalin  dalam  tema   ini  membutuhkan  pendekatan  pembelajaran  khusus. Peran  guru  sangat  penting  untuk mendorong tumbuhnya rasa  ingin tahu  siswa dan sikap terbuka serta  kritis  dan responsif terhadap aktivitas sehari-hari, Salah satu  pendekatan  pembelajaran   yang  sesuai  dengan   orientasi   kurikulum   yaitu pendekatan proses keilmuan  atau  saintifik  melalui tahapan proses  pembelajaran berikut;     mengamati,     menanya,     mengumpulkan    inforrnasi,    menalar    atau mengasosiasi,    dan    mengomunikasikan.     Namun    dernikian,    tidak    menutup kemungkinan guru  untuk  mengembangkan pendekatan lain yang  berkesesuaian dengan  proses  pembelajaran siswa aktif  kreatif dan berfikir  kritis. 
Untuk  mendukung  proses   pembelajaran   ini,  model-model  pembelajaran  yang sesuai   perlu    dikembangkan   dan   dipraktikkan   dalam   proses    pembelajaran. Setidaknya  terdapat tiga  (3)  model  pembelajaran  yang  layak  untuk dipertimbangkan, yaitu:
a. Model pembelajaran berbasis keingintahuan (inquire-based learning), tidak
hanya   menekankan  perolehan  atau  penemuan  jawaban-jawaban atas keingintahuan siswa  saja. Melainkan, lebih dari  itu, juga mendorong aktivitas siswa  melakukan   penelusuran,   pencarian   (searching),  penernuan,  penelitian dan pengembangan studi atau kajian dan analisis lebih lanjut.
b.  Model  pembelajaran   berbasis   pemecahan   masalah   (problem   solving-based learning),     secara  khusus   diselenggarakan  berbasis  masalah   di  masyarakat. Berpijak  pada  masalah-masalah yang  ada, siswa  didorong  untuk  mengamati, meneliti  dan  mengkaji  serta  memecahkan  masalah-masalah  tersebut sehingga memperkaya pemahaman   dan  pengetahuan  mereka.  Selain bertujuan   untuk mendapatkan pengetahuan khusus  terkait dengan masalah yang ada, model ini juga dikembangkan untuk  menumbuhkan kepedulian dan rasa tanggung jawab siswa terhadap pemecahan  masalah sehari-hari, 
c.  Model  pembelajaran   berbasis   proyek   (project-based  learning),   merupakan proses pembelajaran yang menjadikan kegiatan proyek sebagai obyek studi sekaligus sarana  belajar. Sebagai obyek studi, dilakukan ketika kegiatan  proyek dijadikan    sumber    pengetahuan   dalam   proses   belajar.    Tahapan-tahapan kegiatan dalam    proyek,    mulai    dari    penentuan   masalah,    perencanaan, implementasi,   monitoring   dan   evaluasi,  serta   identifikasi   hasil-hasil  yang dicapai  dan  rekomendasi untuk  kegiatan   proyek berikutnya. Di sini  dilihat sebagai siklus  aktivitas  sosial yang  bisa dijadikan sumber  pengetahuan dalam proses pembelajaran.
Model-model pembelajaran  di atas  merupakan model pembelajaran  yang diharapkan dapat menginspirasi guru  dalam mendesain  pembelajaran.  Guru juga dapat  mencari   dan  menggunakan   model  pembelajaran   lain  yang  dirasa  lebih sesuai dan mampu  mengoptimalkan  peserta  didik.
2.   Penilaian
Penilaian   Hasil  Belajar  adalah   proses   pengumpulan   informasi/bukti  tentang capaian pembelajaran siswa  dalam ranah  sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan dilakukan  secara terencana dan sistematis, selama dan/atau setelah proses  belajar,  pada    satu  kompetensi,  satu  semester,  satu  tahun untuk  suatu muatan/mata  pelajaran.  Menurut   Permendikbud   No. 23  tahun  2016  tentang Standar   Penilaian  Pendidikan,  penilaian  hasil  belajar  oleh  Pendidik  dilakukan untuk memantau proses,  kemajuan  belajar,  dan  perbaikan  hasil  belajar  peserta didik secara berkesinambungan.
Penilaian  hasil belajar  oleh pendidik  dilakukan  dalam  bentuk  tes,  pengarnatan, penugasan perseorangan atau kelornpok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik  kompetensi   dan  tingkat   perkembangan  peserta   didik.    Penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan dapat dilakukan  sebagai berikut.
a. Penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasijpengamatan dan teknik penilaian  lain  yang  relevan,  dan  pelaporannya  menjadi  tanggungjawab wali kelas atau guru  kelas.
b.  Penilaian  aspek  pengetahuan  dilakukan   melalui  tes  tertulis,   tes  lisan,  dan penugasan  sesuai dengan kompetensi  yang dinilai.
c.  Penilaian keterampilan dilakukan  melalui praktik,  produk,  proyek,  portofolio, dan/atau teknik lain sesuai dengan  kompetensi yang dinilai;
Penilaian pada panduan  ini difokuskan  pada penilaian proses yang dilakukan oleh guru  selama  atau  setelah  proses   pembelajaran.   Penilaian  ini  dirancang   dalam silabus  dan  Rencana  Pelaksanaan  Pembelajaran  (RPP).  Berikut  adalah  contoh contoh   penilaian   untuk  mata   pelajaran   dengan   memperhatikan  karakteristik utama  dari mata pelajaran tersebut.
a.  Penilaian untuk  mata pelajaran PPKn
Fokus  mata   pelajaran  adalah  mengembangkan  potensi  peserta   didik dalam bersikap sebagai warganegara  termasuk  keteguhan, komitmen, dan tanggung jawab.  Untuk  itu  penilaian sikap  merupakan   penilaian utama   dalam  mata pelajaran  ini,  selain pengetahuan  dan  keterampilan.  Sebagai contoh  untuk menilai sikap spiritual dan sosial untuk peserta didik kelas I, untuk KD:
1.2 Menunjukkan  sikap patuh  aturan  agama  yang  dianut  dalam  kehidupan sehari-hari di rumah
2.2 Melaksanakan aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari di rumah Untuk menilai kedua KD tersebut, guru dapat menggunakan penilaian diri yang dilakukan oleh peserta didik dengan konfirmasi kepada orang tua  (karena KD ini berhubungan  dengan  prilaku  anak  di  rumah  yang tidak  dapat  langsung diamati dan dinilai oleh guru).
b.  Penilaian  untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia
Fokus   mata  pelajaran adalah   mengembangkan  potensi   peserta  didik  untuk dapat  menggunakan bahasa  secara  efektif dan  efisien sesuai  etika yang berlaku sebagai  sebagai  media  penerima dan  penyampai ilmu  pengetahuan.  Untuk  itu penilaian    sikap   dan   keterampilan  berbahasa  merupakan  penilaian   utama dalam  mata pelajaran ini, selain pengetahuan.  Sikap penting dalam  berbahasa karena pengucapan kata tertentu  dengan  sikap  yang  tidak  pas  bisa  membuat makna yang  berbeda bagi orang  diajak bicara.
Sebagai contoh untuk menilai sikap dan keterampilan berbahasa untuk peserta didik kelas II, untuk KD:
3.5 Mencermati  puisi   anak   dalam   bahasa   Indonesia   atau   bahasa   daerah melalui teks tulis dan lisan.
4.5  Membacakan  teks  puisi anak tentang alam  dan  lingkungan  dalam bahasa Indonesia  dengan  lafal, intonasi,  dan  ekspresi  yang  tepat  sebagai bentuk ungkapan diri.
Untuk  menilai  kedua  KD tersebut, guru  dapat  menggunakan   penilaian unjuk kerja.  Peserta  didik diminta  untuk  membacakan puisi yang dipilihnya di depan kelas.   Kriteria   penilaian   unjuk   kerja   selain   untuk  menilai   keterampilan berbahasa juga untuk  menilai sikap pada saat berbahasa.
c.   Penilaian untuk  mata pelajaran  Matematika
Penilaian  mata   pelajaran  Matematika   pada  tingkat SD/MI dilakukan  secara tersendiri walaupun pembelajarannya tematik terpadu. Bentuk instrumen penilaian disesuaikan  dengan konteks  pembelajaran  dan berorientasi pada hal hal konkrit yang  dapat  ditemukan  di lingkungan  sekitar  siswa, terutama pada kelas awal (kelas I sampai dengan kelas Ill).
Guru   diharapkan   menggunakan    berbagai    metode    dan   teknik   penilaian. Pembuatan instrumen penilaian dalam mata pelajaran  Matematika SD /MI pada aspek pengetahuan dan keterampilan perlu mempertimbangkan kecakapan matematika yang meliputi empat aspek sebagai berikut:
1.    Penilaian pemahaman
Pada  aspek  ini  yang  dinilai  adalah  kemampuan  siswa  dalam mendeskripsikan konsep, membandingkan,  mengurutkan bilangan, menentukan hasil operasi matematika  (menggunakan algoritma  standar), dan  mengidentifikasi  sifat-sifat operasi dalam  matematika yang  dikaitkan dengan benda/kejadian di lingkungan  sekitar.
2.    Penilaian penyajian dan penafsiran
Pada  aspek  ini  yang  dinilai  terutama  adalah   kemampuan   siswa  dalam membaca  dan menafsirkan  tabel  dan diagram,  menyajikan  data  sederhana dalam bentuk tabel, gambar  dan diagram, dan melukiskan  bangun-bangun geometri.
3.    Penilaian penalaran
Pada  aspek  ini  yang  dinilai  adalah  kemampuan  siswa  dalam mengidentifikasi contoh dan bukan contoh, menduga dan memeriksa kebenaran  suatu  pernyataan,  mengubah  kalimat  matematika  ke bentuk kalimat matematika  lainnya yang setara, dan menyusun  algoritma proses pengerjaan/pemecahan masalah matematika.
4.    Penilaian pemecahan masalah
Pada aspek ini yang dinilai adalah kemampuan siswa menggunakan matematika  dalam penyelesaian masalah yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran diarahkan  untuk  melatih siswa berpikir  logis dan kreatif bukan sekedar  berpikir  mekanistis  serta  mampu  bekerja  sama  dan  berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah. Untuk itu penilaian kemampuan berpikir kritis merupakan  penilaian utama dalam mata pelajaran ini.
Penilaian   sikap   spiritual  dan  sikap   sosial  merupakan  penilaian   yang  perlu dilakukan guru melalui  pengamatan pada  setiap  pembelajaran, sehingga  guru perlu  memiliki catatan penilaian  sikap  yang secara  berkala akan  dilihat perkembangannya  bagi   masing-masing  siswa.   Jika  sikap   yang   diharapkan belum  berkembang maka  guru   perlu melakukan pendekatan untuk mengembangkan sikap  yang dimaksud bagi siswanya.
d. Penilaian untuk  mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Fokus mata  pelajaran  IPA SD mencakup  enam lingkup sains yaitu  kerja  ilmiah dan keselamatan kerja, makhluk hidup dan sistem kehidupan, energi dan perubahannya,  materi  dan perubahannya,  bumi dan alam semesta, serta  sains, lingkungan,    teknologi,    dan    masyarakat.   Oleh   karena     itu    kemampuan penalaran  tingkat  tinggi  merupakan penilaian utama  dalam  mata  pelajaran ini. Contoh penilaian pengetahuan  pada KD berikut:
3.3 memahami  macam-macam gaya, antara  lain gaya  otot,  gaya  listrik, gaya magnet, gaya gravitasi, dan gaya gesekan;
4.3   mendemonstrasikan   manfaat    gaya     dalam    kehidupan     sehari-hari, misalnya  gaya  otot,  gaya  listrik,  gaya  magnet,  gaya  gravitasi,  dan  gaya gesekan.
e.  Penilaian untuk  mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Mata pelajaran  JPS  bertujuan untuk  menghasilkan  warganegara yang  religius, jujur,   demokratis,   kreatif,   kritis,   senang   membaca,   memiliki   kemampuan belajar,    rasa    ingin   tahu,    peduli    dengan    lingkungan    sosial   dan    fisik, berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan sosial dan budaya, serta berkomunikasi  secara  produktif.    Penekanan  penilaian untuk  mata  pelajaran IPS pada  kemampuan  kritis  peserta  didik dalam mengamati  perubahan  sosial di sekitarnya dan pengenalan lingkungan sekitar.
Berikut contoh penilaian untuk  KD 3.1. dan 4.1. pada Kelas IV
3.1 Mengidentifikasi karakteristik ruang  dan pemanfaatan sumber  daya alam untuk  kesejahteraan masyarakat  dari  tingkat   kota/kabupaten  sampai tingkat provinsi
4.1 Menyajikan   hasil   identifikasi   karakteristik   ruang    dan   pemanfaatan sumber daya alam untuk  kesejahteraan masyarakat dari tingkat kota/kabupaten sampai tingkat provinsi
Untuk  mengetahui   pencapaian  KD  di  atas,  guru  dapat  melakukan   penilaian dengan  memberikan   penugasan  kepada  peserta   didik  untuk  mengumpulkan bahan   bacaan  yang  berhubungan  dengan  potensi   alam  di  Kabupaten/Kota tempat tinggalnya.   Setelah itu peserta  didik diminta untuk  membuat  semacam pemetaan  daerah  di  Kabupaten/kotanya berdasarkan  kepadatan   penduduk, aktivitas   ekonomi  (pertanian,   perikanan,  perdagangan,   industri,   pariwisata, dll), dan tempat-tempat penting  (Rumah Sakit, Kantor Polisi, Kantor Bupati/Walikota).
f.   Penilaian untuk  mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya (SBdP)
Sifat mata  pelajaran  Seni Budaya  dan  Prakarya yang  rekreatif dan eksperimentatif sehingga  fokus pembelajaran  SBdP mencipta  karya  seni yang dikaitkan dengan  pengetahuan lain dan rasionalisasi  berfikir  pada  penciptaan karya,   yang  didalamnya  mencakup  sikap  (perilaku,  apresiatif,  toleransi  dan tanggung jawab), keterampilan (bersifat fragmatis, aplicable dan teknologis sistemis), dan pengetahuan (kemampuan merekronstruksi, mengungkapkan kembali ide dan gagasan secara sistematis).
Hasil pembelajaran SBdP yang berupa produk/karya sangat cocok menggunakan penilaian proyek. Berikut ini contoh penilaian proyek mata pelajaran SBdP untuk peserta didik kelas III dengan KD:
3.4  Mengetahui teknik potong, lipat, dan sambung
4.4  Membuat karya  dengan teknik potong, lipat, dan sambung
Untuk menilai kedua  KD tersebut,  guru dapat menugaskan  peserta  didik untuk membuat suatu   proyek kerajinan-SBdP  berupa   karya   kerajinan   wadah  alat tulis dengan teknik, lipat dan sambung yang berkaitan  dengan tema. 
g.  Penilaian untuk  mata  pelajaran  Pendidikan  Jasmani Olahraga  dan  Kesehatan (PJOK)
Aktivitas   pembelajaran   di  dalam   PJOK di  SD   bertujuan  untuk   mencapai kompetensi   pada  pengembangan   pola  gerak   dasar   menuju  kesiapan  gerak spesifik,  pengembangan  kebugaran  jasmani  dan  pola  hidup   sehat   melalui berbagai  permainan   dan  gerak  olahraga,  serta  menerapkan  hidup  sehat.  Di dalam  pembelajaran   permainan   dan  gerak  olahraga   secara  tidak  langsung peserta  didik dapat mencapai kompetensi  sikap spiritual  dan sikap sosial.
Berikut  ini  contoh  penilaian  unjuk  kerja  pada  aktivitas   pembelajaran  PJOK untuk  peserta didik Kelas IV dengan KD:
3.3 Memahami   variasi    gerak   jalan,   lari,   lompat,   dan    lempar   melalui permainan/olahraga yang dimodifikasik dan atau olahraga tradisional
4.3    Mempraktikkan variasi pola dasar jalan, lari, lompat, dan lempar melalui permainan/olahraga yang dimodifikasi dan atau olahraga  tradisional Untuk  menilai  kedua  KD  tersebut,  guru  dapat  menggunakan  penilaian  unjuk kerja pada  permainan  tradisional  boyboyan  asal Jawa Barat, yang secara garis besar tahapan  kegiatannya sbb:
- Membentuk dua kelompok (kelompok jaga dan kelompok main)
 - Kelompok main bertugas merubuhkan tumpukan genting dengan cara melemparkan bola, untuk kemudian disusun kembali dengan menyusun strategi dan cara berlari
 - Kelompok jaga bertugas menjaga kelompok main agar tidak berhasil menumpuk genting dengan cara menyusun strategi dan melempar bola mengenai lawan.
 - Pemenangnya adalah yang mampu menyusun genting kembali tanpa terkena lemparan bola dari lawan.
 
G.   Kontektualisasi Pembelajaran
Pembelajaran pada  silabus  ini hanya  merupakan model.  Pembelajaran pada  silabus ini dapat disesuaikan dan  diperkaya dengan  konteks daerah atau  satuan pendidikan, serta konteks global untuk mencapai kualitas optimal hasil belajar siswa  tetap berada pada   budayanya,  mengenal  dan  mencintai  alam  dan   sosial  di  sekitarnya,  dengan perspektif global  sekaligus  menjadi  pewaris bangsa sehingga  akan  menjadi  generasi tangguh dan berbudaya Indonesia.
Berlandaskan  prinsip    ini,  pembelajaran  tematik  perlu    dikontekstualkan  dengan tema-tema yang  dekat dengan lingkungan siswa,  mengenal keragaman masyarakat, dan  daerah maritim, agribisbis,  dan  jasa/niaga   sehingga siswa  mampu beradaptasi dengan   perubahan  sosial  yang  berlangsung  di  masyarakat.  Selain  itu  siswa   akan memiliki   kepekaan  dan   kepedulian terhadap  lingkungan  sekitar,   juga   diharapkan memberikan kontribusi pada  perkembangan dan kemajuan masyarakat.
Download Model Silabus Tematik Terpadu Kurikulum 2013 SD MI Terbaru
Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Model Silabus Tematik Terpadu Kurikulum 2013 SD MI Terbaru ini silahkan lihat pada file preview dan download file pada link di bawah ini:Model Silabus Tematik Terpadu Kurikulum 2013 SD MI Terbaru
Download File:
Model Silabus K13 Tematik Terpadu SD MI Terbaru.pdf
Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file buku Model Silabus Tematik Terpadu Kurikulum 2013 SD MI Terbaru. Semoga bisa bermanfaat.
