Penanganan Dampak Stunting Pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia
8/28/2019
Berikut ini berkas mengenai Penanganan Dampak Stunting Pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia. Download file format PDF. Berkas ini merupakan salah satu Vocational Education Policy, White Paper yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan SMK - Dirjen Dikdasmen - Kemdikbud RI.
Penanganan Dampak Stunting Pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia
Kejadian stunting merupakan masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia. Tercatat bahwa 1 dari 3 remaja yang ada di Indonesia memiliki tinggi badan yang berada di bawah rata-rata (stunting). Situasi ini jika tidak diatasi tentu akan berpengaruh terhadap pembangunan Indonesia serta penurunan daya saing sekaligus penurunan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, perlu langkah strategis, tidak hanya dari pemerintah namun juga dari sekolah, orang tua dan pihak yang terkait guna mencegah dan mengendalikan permasalahan stunting. Kajian kebijakan ini memberikan gambaran tentang kondisi stunting secara global dan nasional serta merekomendasikan beberapa langkah strategis yang dapat ditempuh SMK guna mengatasi permasalahan stunting yang terjadi. Berdasarkan hasil kajian diperoleh bahwa tingkat prevalensi remaja (16-18 tahun) yang mengalami stunting di Indonesia tahun 2017 mencapai 37% dengan provinsi yang memiliki tingkat prevalensi stunting tertinggi berada di provinsi Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah dan Gorontalo. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, SMK yang mempersiapkan lulusannya untuk bekerja harus dapat bekerja sama dengan orang tua, industri dan pihak terkait untuk memberikan edukasi tentang pentingnya penerapan pendidikan dan keterampilan hidup sehat (PKHS), membudayakan pemenuhan gizi sesuai dengan acuan metode “Isi Piringku”, serta pemberian susu dan tablet darah, khususnya kepada remaja putri, guna pencukupan gizi dan pencegahan kelahiran bayi stunting. Selain itu, gerakan olahraga senam bersama setiap pagi sebelum masuk kelas juga diperlukan guna membantu pertumbuhan dan perkembangan siswa/i di SMK.
Kesehatan anak merupakan modal utama untuk pertumbuhan yang optimal. Tumbuh kembang anak yang berlangsung baik sejak masa bayi hingga usia sekolah akan menjadikannya manusia yang penuh potensi bagi kehidupan di masa yang akan datang (Widanti, 2016). Kesehatan seorang anak yang mencakup kesehatan badan, rohani dan sosial, bukan hanya berkaitan dengan penyakit dan kelemahan, tetapi juga berkaitan dengan perkembangan fisik, intelektual dan emosional (Andriani dan Wirjatmadi, 2012).
Anak Indonesia masa depan harus sehat, cerdas, kreatif, dan produktif. Jika anak-anak terlahir sehat, tumbuh dengan baik dan didukung oleh pendidikan yang berkualitas maka mereka akan menjadi generasi yang menunjang kesuksesan pembangunan bangsa. Sebaliknya jika anak anak terlahir dan tumbuh dalam situasi kekurangan gizi kronis, mereka akan menjadi anak kerdil (stunting) (TNP2K, 2017).
Saat ini, Indonesia menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu masalah kekurangan gizi yang masih cukup tinggi di Indonesia adalah malnutrisi dan stunting. Malnutrisi merupakan kondisi kekurangan nutrisi yang terjadi akibat penurunan asupan, gangguan utilisasi zat gizi, kehilangan atau kekurangan makro dan atau mikronutrien, serta inflamasi akut maupun kronis yang menyebabkan perubahan komposisi tubuh sehingga berakibat penurunan fungsi fisik dan mental serta luaran klinis. Prevalensi malnutrisi ditemukan masih tinggi di rumah sakit, di luar negeri berkisar 33% - 54% dan di Indonesia diperkirakan berkisar 33- 70%. Penelitian yang dilakukan oleh Nurpudji dkk (2010) di rumah sakit sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar menggunakan Subjective global Assesment (SGA) mendapatkan bahwa kasus malnutrisi ringan sampai sedang 44,19% dan malnutrisi berat 37,21% (Kemenkes, 2019).
Di lain sisi, stunting juga merupakan masalah utama yang dihadapi Indonesia. Stunting adalah salah satu kondisi kegagalan mencapai perkembangan fisik yang diukur berdasarkan tinggi badan menurut umur. Batasan stunting menurut WHO yaitu tinggi badan menurut umur berdasarkan Z score sama dengan atau kurang dari 2SD di bawah rata rata standar (WHO, 2013). Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi stunting yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan menengah lainnya. Stunting bukan perkara sepele. Hasil riset Bank Dunia menggambarkan kerugian akibat stunting mencapai 3-11% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Dengan nilai PDB 2015 sebesar Rp11.000 Triliun, kerugian ekonomi akibat stunting di Indonesia diperkirakan mencapai Rp300-triliun Rp1.210 triliun per tahun. Besarnya kerugian yang ditanggung akibat stunting lantaran naiknya pengeluaran pemerintah terutama jaminan kesehatan nasional yang berhubungan dengan penyakit tidak menular seperti jantung, stroke, diabetes atapun gagal ginjal. Ketika dewasa, anak yang menderita stunting pun mudah mengalami kegemukan sehingga rentan terhadap serangan penyakit tidak menular seperti jantung, stroke ataupun diabetes (Kemendes PDTT, 2017). Situasi ini jika tidak diatasi dapat mempengaruhi kinerja pembangunan Indonesia baik yang menyangkut pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan ketimpangan. Stunting juga dianggap menghambat potensi transisi demografis Indonesia dimana rasio penduduk usia tidak bekerja terhadap penduduk usia kerja akan menurun. Stunting juga akan menjadi ancaman pengurangan tingkat intelejensi sebesar 511 poin. Semua hal tersebut tentu akan menurunkan kualitas sumber daya manusia, produktifitas, dan daya saing bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pencegahan dan penanganan stunting menjadi salah satu prioritas nasional guna mewujudkan cita-cita bersama yaitu menciptakan manusia Indonesia yang tinggi, sehat, cerdas, dan berkualitas.
Penanggulangan stunting menjadi tanggung jawab bersama, tidak hanya pemerintah tetapi juga sekolah dan setiap keluarga Indonesia. Dalam rangka menanggulangi kondisi stunting Indonesia yang berada dalam kategori darurat, sekolah khususnya SMK, diharapan dapat mengambil langkah strategis dalam menghadapi dan mencegah kondisi stunting. Oleh sebab itu, kajian kebijakan ini mengupas tentang startegi pencegahan dan pengendalian stunting di Indonesia tahun 2018. Hasil kajian diharapkan dapat memberikan gambaran tentang gambaran, kondisi, dan strategi yang dapat ditempuh SMK terkait dengan pencegahan dan pengendalian stunting di lingkungan sekolah.
Stunting dianggap sebagai penghambat potensi transisi demografis Indonesia dimana rasio penduduk usia tidak bekerja terhadap penduduk usia kerja akan menurun. Stunting juga akan menjadi ancaman pengurangan tingkat intelejensi sebesar 511 poin. Situasi ini jika tidak diatasi dapat mempengaruhi kinerja pembangunan Indonesia baik yang menyangkut pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan ketimpangan.
Tujuan kajian kebijakan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang kondisi stunting secara global dan nasional serta merekomendasikan beberapa langkah strategis yang dapat ditempuh SMK guna pencegahan dan pengendalian stunting di lingkungan sekolah. Diharapkan informasi yang dihasilkan dapat menjadi suatu pertimbangan dan acuan bagi pihak yang terkait dalam rangka menciptakan lulusan SMK yang unggul, sehat, cerdas, kreatif, dan produktif.
Kajian kebijakan ini diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat dijadikan bahan masukan, baik pemerintah, sekolah, orang tua maupun industri dalam rangka mengambil kebijakan terkait dengan pencegahan dan pengendalian stunting bagi remaja di Indonesia, khususnya untuk siswa/i di SMK. Untuk pembaca, kajian kebijakan ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai referensi atau pembanding bagi kajian kebijakan berikutnya serta dapat memberikan landasan untuk kajian kebijakan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan permasalahan stunting.
Selengkapnya mengenai isi dan susunan berkas paper Penanganan Dampak Stunting Pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia ini, silahkan lihat pada file preview dan download pada link di bawah ini.
File Preview:
Download File:
Penanganan Dampak Stunting Pada Siswa Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia.pdf
Sumber: http://psmk.kemdikbud.go.id