Strategi Peningkatan Daya Saing Lulusan SMK melalui Penguatan Kompetensi Bahasa Inggris

Berikut ini berkas mengenai Strategi Peningkatan Daya Saing Lulusan SMK melalui Penguatan Kompetensi Bahasa Inggris. Download file format PDF. Berkas ini merupakan salah satu Vocational Education Policy, White Paper yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan SMK - Dirjen Dikdasmen - Kemdikbud RI.

Strategi Peningkatan Daya Saing Lulusan SMK melalui Penguatan Kompetensi Bahasa Inggris
Strategi Peningkatan Daya Saing Lulusan SMK melalui Penguatan Kompetensi Bahasa Inggris

Strategi Peningkatan Daya Saing Lulusan SMK melalui Penguatan Kompetensi Bahasa Inggris

Penguasaan bahasa Inggris merupakan salah satu kunci keberhasilan angkatan kerja dalam bersaing di dunia kerja pada era globalisasi ini, khususnya setelah bergulirnya era industry 4.0 dimana perkembangan teknologi dan informasi terjadi sangat cepat dan masif. SMK sebagai wadah pendidikan di Indonesia yang bertujuan melahirkan angkatan kerja yang kompetitif dan siap kerja harus mampu memfasilitasi para siswa dan calon lulusan dengan tuntutan pasar kerja dalam berkomunikasi dengan bahasa Inggris di dunia kerja. Jumlah jam belajar bahasa Inggris di SMK sebanyak 270 jam selama 3 tahun, dibandingkan dengan tuntutan jumlah jam belajar bahasa Inggris untuk mencapai tingkat kemampuan bahasa Inggris yang cukup bagi siswa SMK adalah 530-600 jam tentunya sangat kurang. Rekomendasi strategi peningkatan mutu pendidikan bahasa Inggris dengan tantangan kondisi aktual di SMK saat ini menjadi kebutuhan yang mendesak dalam rangka peningkatan daya saing lulusan SMK menghadapi persaingan global di era industry 4.0.

Perkembangan peranan dan dampak teknologi pada era Industri 4.0 terhadap hajat hidup manusia semakin signifikan dan sangat menentukan. Persaingan di dunia kerja pun bergeser menuju otomatisasi dan digitalisasi. Pergeseran ini akan berdampak terhadap berubahnya permintaan di dunia kerja terhadap kualifikasi SDM. Yohanes Enggar Harususilo menyampaikan dalam tulisannya di www.edukasi.kompas.com bahwa World Economic Forum memprediksi dalam 4 tahun ke depan, 75 juta pekerjaan akan berubah dan 133 juta pekerjaan baru akan muncul sebagai hasil dari perkembangan teknologi. Yang pasti, pergeseran akan mengarah pada munculnya karier baru di industri yang sedang tumbuh. Tetapi itu juga akan menyebabkan 6,6 juta orang kehilangan pekerjaan karena tidak memiliki keterampilan yang diperlukan.

Dalam hal kerusakan regional, Indonesia, negara yang paling padat penduduknya di wilayah ini, diprediksi akan mengalami dampak terbesar dari pengalihan pekerjaan. Dengan 9,5 juta pekerjaan, peringkatnya di atas Vietnam dan Thailand yang juga memiliki tenaga kerja pertanian berketerampilan rendah.

Pada kesempatan lainnya, Artnandia Priaji, Chief Representative Officer for Nexgen English online. Co. menyampaikan bahwa pada era Industri 4.0 ini selain kerja keras, angkatan kerja juga diharapkan melek teknologi dan fasih berbahasa Inggris mengingat bahasa Inggris telah ditetapkan sebagai bahasa internasional, bahasa bisnis dan bahasa teknologi. Artnandia Priaji juga mencontohkan RAKUTEN, perusahaan online market place terbesar di Jepang menetapkan bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi sehari-hari bagi karyawannya dan kebijakan tersebut menjadi salah satu kunci sukses yang membawa perusahaannya semakin besar dengan tim yang kuat.

Peralihan yang terjadi pada era Industri 4.0 ini diharapkan akan merubah bagaimana sistem pendidikan di Indonesia dalam mempersiapkan sumber daya manusia menghadapi disrupsi teknologi dan gelombang besar peralihan pekerjaan dimana kesadaran terhadap penting kemampuan berbahasa Inggris menjadi salah satu pondasi peningkatan mutu daya saing SDM di Indonesia. Dalam kaitannya dengan hal tersebut perlu juga diadopsi standar kemampuan bahasa Inggris yang diakui dan digunakan secara global di dunia kerja.

Educational Testing Service (ETS) merupakan lembaga internasional yang memiliki fokus dalam pengembangan dan penerapan standar kemampuan berbahasa Inggris berbasis asesmen. Dalam hal ini, ETS membagi kebutuhan standarisasi kemampuan berbahasa Inggris menjadi dua jalur utama, yaitu konteks akademik dan dunia kerja. Terkait dengan standar kemampuan berbahasa Inggris untuk konteks akademik, ETS mengembangkan TOEFL (Test Of English as Foreign Language) yang digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang berkomunikasi secara efektif di perguruan tinggi dengan bahasa Inggris sebagai media pengantar pembelajaran. Struktur dan konteks pengujian didesain sesuai dengan seting dunia akademik. Adapun untuk memenuhi kebutuhan standarisasi kemampuan berbahasa Inggris di dunia kerja, ETS mengembangkan TOEIC (Test Of English for International Communication) yang digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang berkomunikasi secara efektif dengan bahasa Inggris di dunia kerja dengan konteks-konteks yang relevan. Hal tersebut yang menjadikan TOEIC sebagai pilihan dari banyak perusahaan dan organisasi pemerintahan di dunia memilih TOEIC sebagai standar kemampuan bahasa Inggris dalam proses rekrutmen dan pengembangan karyawannya.

Disamping itu, dunia pendidikan juga telah mengadopsi TOEIC untuk mempersiapkan para calon lulusannya agar mampu bersaing dan diserap oleh dunia kerja. Oleh karena itu, penerapan TOEIC di dunia pendidikan dipandang penting dalam memberikan arah bagi sistem pendidikan kepada tuntutan dunia kerja yang lebih relevan dan aktual.

Selengkapnya mengenai isi dan susunan berkas paper Strategi Peningkatan Daya Saing Lulusan SMK melalui Penguatan Kompetensi Bahasa Inggris ini, silahkan lihat pada file preview dan download pada link di bawah ini.

File Preview:



Download File:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel